Monday, March 23, 2009

awal sebuah bisnis ( 5 )

gedung itu berada tidak di jalan utama jakarta, MH thamrin atau sudirman. Gedung itu berada di jalan kebon sirih, kalau dari gedung PBB menuju monas kita belok kanan di perempatan depag-BI, sekitar 200 meter dari jln MH Thamrin. Aku gak sempat menghitung berapa lantai gedung itu, gedung itu lebih pendek dibanding monas, tapi lebih tinggi jika di banding sarinah.
lokasinya agak ngumpet, karena untuk menuju gedung ini saja kita harus melewati pintu gerbang yang berdempetan dengan gedung lain, kalau kata temen-temen tionghoa lokasi gedung ini hoki dalam artian ngantong, pintu masuknya sempit tapi di dalamnya longgar. Filosofi mereka mengatakan kalau rezeki sudah masuk maka keluarnya susah!.

Hal ini aku dapatkan ketika dulu mencoba jadi makelar tanah dan ketemu sama wak haji di daerah bintaro yang punya tanah beberapa lokal.

jam tangan yang kubeli sejak gajian pertama di tangan kiriku, sudah menunjukkan 12.20 WIB.

"mad kita dhuhur dulu ya?"

"Okeh, lagian pasti mereka sedang istirahat, kalau perlu ntar abis solat kita cari makan dulu, perut dah minta haknya nich!" ahmad sambil tangan kirinya memegangi perut.

"akur" kataku sambil tersenyum mantap.

Masjid megah tersebut berada tepat di samping gedung utama. tidak seperti gedung-gedung lain di jakarta. pemilik gedung ini amat memperhatikan keberadaan masjid. buktinya selain besar masjid ini amat bersih. petugas cleaning service-nya dengan tekun akan membersihkan toilet, tidak lama setelah kita menggunakannya. seolah sang pemilik gedung ini khawatir dengan ancaman kanjeng nabi muhammad, terkutuklah yang rumahnya lebih bagus dibanding masjidnya.

hebat lagi adalah sekumpulan ibu-ibu di jakarta yang saya lupa apa nama perkumpulannya. Mereka mengorganisir gerakan mukena bersih di masjid/musholla perkantoran. karena memang kondisi tempat atau mukena sholat kita kurang terawat. sungguh mulia niat baik mereka, semoga Allah membalas akibat keikhlasan mereka.

****8****

"alhamdulillah..." kataku " kalau dah rezeki, gak kemana ya mad, barang-barang yang dibutuhkan bang tono itu gampang carinya".

"coba lihat catatan ente tadi, apa aja yang dicari perusahaannya bang tono"ahmad menjulurkan tangannya.

"besok pagi kita ke tempatnya nur aja, perusahaan dia jual barang yang di cari bang tono, semoga aja barangnya ready stok" kataku sambil mencoba mencari nomor hp nur.

****8****

keesokan harinya.
sudah 30 menit aku menunggu bis yang ke arah lenteng agung, tapi kok belum datang juga. wah gawat ni mana penawaran harus di serahkan maksimal jam dua siang ini. pagi ini walaupun cerah, namun tidak secerah kondisi hatiku. semalam karena ada perbaikan di remote banjarmasin, membuatku tidak tidur semalaman. pagi ini aku harus mengejar waktu ke 'kantor' keduaku.

akhirnya kuputuskan ngeteng. naik bus jurusan kampung rambutan, turun di cawang atas, lalu sambung kereta pikirku.

KRL di stasiun cawang yang penuh muatan tersebut berteriak-teriak, seolah mengejek kepanikanku atas bimbangnya antara menjaga nama baik dan waktu yang mepet.

kupaksakan diri ini memasuki KRL yang sudah berjubel tersebut. untuk sebuah harapan baru tidak apalah berpeluh keringat. sialnya rasa kantukku tidak mau kompromi, serangan kantuk maha berat menggelayuti kelopak mataku. karuan saja tangan kananku satu-satunya yang diandalkan, karena tidak ada lagi kursi yang berbaik hati menyilahkan betis ini untuk beristirahat.

cuek saja apa kata orang, yang penting bisa memejamkan mata, walaupun kadang harus terkaget-kaget saat tersenggol pedagang asongan yang gak mau tahu, kalau diri ini sedang butuh istirahat.

tiba-tiba nokia pisangku berdering, sms masuk. Ahmad mengabarkan rapat di rumahnya saja, lebih santai begitu sms mengabarkan. untung belum turun dari kereta. untuk menuju rumah ahmad perlu melewati 2 stasiun lagi dari tanjung barat.

rumah ahmad agak masuk masuk ke dalam gang, aku lupa nama gangnya. agak jauh dari jalan raya, yang pasti rumah itu sudah jadi miliknya. rumah itu di bagi dua, satu bagian dijadikan tempat tinggal satu bagian lain dijadikan wartel. dasar pikiran pengusaha, gak boleh liat peluang langsung disikat. itung-itung nombokin bayar listrik dan nambah dapur ngepul, begitu alasan ahmad ketika ku tanya kenapa pasang wartel juga di rumahnya.
Dengan keahliannya menyeting alat wartel, maka kontan artelnya gak pernah sepi pengunjung. para penyuka wartel itu akan menjawab kenapa pilih wartel disini, ' harganya lebih murah!'. menjadi hukum alam memang, dengan kualitas yang sama maka harga menjadi senjata ampuh untuk bersaing. siapa yang berani untung sedikit tanpa mengurangi kualitas dan kenyamanan pelanggan maka dialah sang juara. tinggal di tunggu saja keuntungan akan berlimpah. Berilah orang lain keuntungan diawal, kelak kita akan mendapat keuntungan yang lebih besar. ini mirip dengan konsep sedekah. bersedekahlah maka kau akan berlimpah kekayaan disebabkan kepercayaan Tuhan terhadapmu.


Thursday, March 19, 2009

awal sebuah bisnis ( 4 )

Allah yang maha mencipta, memang sudah merencanakan semua yang akan terjadi di dunia kita, bahkan seperti apa kita 10 tahun yang akan datang, sudah termaktub di lauhil mahfudz sana. jadi mengapa juga kita berbuat serakah jika memang kita nantinya bisa berpunya?. Bukankah keserakahan kita akan mengakibatkan kesengsaraan orang lain?

kalau kata salah seorang temen saya yang sudah berhasil dalam bisnisnya, " rezeki itu gak akan tertukar antar satu dengan yang lainnya".

Untuk itulah apabila seorang sudah mendalami dan mengalami bagaimana keberhasilan sebuah bisnis di jalankan. Maka dia tidak akan ribet dengan segala sesuatu mengenai perjanjian-perjanjian. karena kalaupun perjanjian di buat setebal 'yellow pages' tapi kalau memang tidak ada niat baik, maka bisa di pastikan bisnis tidak akan berkembang.

namun bukan berarti kita tidak membutuhkan kesepakatan-kesepakatan awal. Justru itu penting sebagai pijakan kita dalam berkarya dalam piramid bisnis kita.

yang terpenting adalah ada niatan baik dan komitmen untuk menjaga kepercayaan diantara teman kongsi bisnis.

apa-apa yang tertulis diatas mungkin belum meresap betul di antara kami, yang siang itu sudah memulai sebuah langkah.

agak kikuk memang diawalnya ketika kita menjulurkan kartu nama kita dengan jabatan direktur di tengah card name tersebut. namun lambat laun rasa malu itu hilang dengan berjalannya waktu dan bertambahnya keyakinan bahwa kita bisa dan memang sudah membuktikan, bisa!.

Setelah marketing kit sederhana sudah jadi, maka di pekan berikutnya kita bertemu kembali.

"Bang ente sudah buat garis besar isi website kita?, ane dah hubungi romi, insyaAllah dia mau bantu kita, ntar ente email ke dia aja", uwi menembak janjiku.

"alhamdulillah dah jadi ni, cuma tolong di koreksi ya, mad bisa pinjam komputer ente?"pintaku ke ahmad.

"silahkan, ayo sini disketnya aku yang buka" ahmad langsung menghidupkan komputernya.

sementara angin diluar kurang bersahabat, panasnya matahari tidak mau berkompromi, seolah-olah angin berkolaborasi dengan sengatan matahari untuk mengusir setan-setan yang berkeliaran di jalanan.

di jakarta setan beroperasi tanpa libur, siang malam mereka berjibaku mengganggu manusia yang berusaha menaati perintah tuhannya.

Bahkan dimasjidpun setan bisa beraksi dengan bebasnya, ini dibuktikan senin lalu, bada makan siang aku sholat di masjid didaerah sarinah thamrin. kebetulan siang itu aku telat, membuatku harus sholat di barisan agak kebelakang.

satu barisan denganku, dibatasi 3 jamaah di sebelah kananku, ketika bangkit dari sujud dengan jelas aku melihat tangannya mengambil sesuatu dari kantong celana orang di depannya. sepertinya sebuah hp. berani sekali ini orang. setan sudah membutakan akal sehatnya. kontan aku lihat lelaki yang di depanya itu kaget dan membatalkan sholatnya. dan langsung mencak-mencak kepada si pencuri yang juga lantas membatalkan sholatnya.

dilain waktu ketika rehat setelah seharian aku keliling jakarta, waktu itu aku masih sebagai teknisi. bersama teman-teman aku konkow di sebuah warung kopi, walaupun aku nggak ngopi. hadi temanku bercerita bahwa ketika ada kerjaan di sebuah rumah sakit di daerah tebet. pas dzuhur dia sholat di masjid rumah sakit itu. Handphone siemen yang bentuknya persegi panjang warna hitam, aku lupa seri berapa, yang pasti itu hp lumayan bonafid di kala itu.

HP kesayangan semua temen2 teknisi tersebut dia letakkan di depan dia, agak kebelakang, yang kalau dia sujud, hp tersebut berada di samping pahanya. nah, ketika sujud itulah musibah tersebut berlangsung, tidak tahu kenapa, tiba-tiba hp nya tertutupi sebuah buku yang entah dari mana datangnya. Dia pikir itu buku orang yang terjatuh tanpa sengaja, karena memang di masjid itu banyak orang.

Setelah salam, dia penasaran, diambilnya buku tersebut, mukanya hadi merah padam, panik, dan pasrah...., terbayang diotaknya, bulan depan bakalan kena potongan gaji. Hp siemen kesayangan semua temen-temennya sudah berubah menjadi hp mainan anaknya iskandar, teman kami yang sudah mempunyai jagoan berumur tiga tahun.

mendengar kisah itu kami semua sontak terbahak-bahak, ada dua hal alasan kenapa kami tertawa, satu karena cerita itu lucu. kedua karena biasanya memang kita akan senang apabila ada teman yang ketiban sial. dan ini adalah salah satu penyakit yang ditiupkan para setan keparat itu.

kembali ke cerita pokok.

setelah website oke, jadinya makin pede untuk berjualan. kita berbagi tugas, kita list semua teman-teman yang bekerja di perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi. kita list semua perusahaan calon klien kita. keta klasifikasi berdasarkan kemungkinan jadi customer. kriteria kelas A adalah ; satu kita punya temen seangkatan di perusahaan itu, dua perusahaan tersebut bergerak dibidang yang memang kita bisa masuk.
kelas B dan C kira kira lebih jauh dari itu.

hari-hari setelah itu adalah hari marketing, SMS dan telepon gak berhenti, bendera telah di kerek, biarlah orang-orang melihat bendera itu. Biarlah semua orang mengetahui bahwa kita sudah punya sebuah usaha.

kalau boleh meminjam istilah bola mania, dewi fortuna mengintip kita, ketika sebuah telepon masuk, dari bang tono!.

"assalamualaikum...."

"wa alaiku salam, bang tono ya...?" kata ku basa basi, padahal aku sudah tahu.

"iya, gimana kabarnya bambang" ah abang kita ini selalu kalau memanggil aku dengan nama lengkap. bambang.

"alhamdulillah baik bang, abang sehat juga khan?".

" iya, kabarnya kamu bikin usaha sendiri ya?

" eee iyya bang, coba-coba aja sapa tahu bisa nambahin uang dapur " kataku datar, nada-nadanya mau ngasih order nich.

"bisa gak kamu ke kantor aku, ada peluang ni, kebetulan kita lagi butuh beberapa modem dan voice, kamu bisa ngadain khan?"

"bisa bang", kataku mantap, padahal belum ada gambaran sumbernya.

kalau kata temanku yang sudah lama berbisnis, di awal sebuah usaha kita harus bisa meyakinkan pelanggan dulu, urusan dapur belakangan, yang penting tangkep dulu ikannya.

"ya udah lusa bisa gak?"

"sebentar bang aku lihat jadwal shiftku...., alhamdulillah bisa bang, aku shift tiga lusa" hatiku sumringah.

"oke di tunggu ya lusa semoga ini jadi rejeki bambang", ah indahnya bila nama kita di ucapkan secara utuh.

"baik pak, eh bang, lusa aku sama ahmad ke kantor bang tono".

****8****

pagi itu sangat cerah, embun yang semalam menguasai dinginnya subuh sudah mulai menguap, entah kebagian mana di langit sana, untuk kemudian kembali lagi ke bumi dalam bentuk hujan.
awan tipis bertebaran seolah berkata kepada matahari, wahai matahari siramilah bumi dengan panasmu, agar manusia yang mudah bersyukur ditambah rezekinya, dan manusia yang bersabar, disegerakan rezekinya.

aku dan ahmad berboncengan, motor honda yang kubeli tahun 97, setahun setelah bekerja, bangga sekali kala itu, ketika sebuah mobil pick up mengantarkan hondaku, seminggu ku pajang di ruang tamu. aku belum berani menaiki sampai STNK jadi. waktu itu harganya 4 jutaan, satu juta tabunganku di tambah satu juta tabungan simbok dan dua juta lebihnya aku pinjam ke koperasi. dunia serasa sudah di genggaman tatkala kita bisa menaiki motor sendiri.

sesampai di kantornya bang tono, aku mencari wc umum, dari dalam tas yang agak kumel, aku keluarkan sebuah dasi, ya sebuah dasi berwarna biru dangan bercak hitam di tengahnya. dasi ini adalah dasi yang kupakai ketika nikah dulu. sedangkan ahmad menggunakan dasi warna merah.
kata orang agar terlihat keren maka kita harus pake dasi. melambangkan kalau kita adalah bos.
rambut yang agak berantakan kubasahi dengan air wastafel. efek tanconya sudah hilang, pikirku. obat ganteng kukeluarkan dari saku belakang. dan abrakadabra... dua orang pengusaha siap maju ke ring!.

udahan dulu.. mau takziyah.

Tuesday, March 17, 2009

three kingdom

siang ini karena sepi kerjaan aku sempatkan menonton sebuah film kesukaanku, sebuah film kepahlawanan, kolosal, harga diri dan pengorbanan. diantara film-film yang mnginspirasi selain film2 semacam pursuit of happines, maka film2 sejenis '300' adalah film favoritku.
jadilah siang ini aku melihat kehebatan andi lau dalam film "three kingdom".

ada kata kata yang menarik nan menginspirasi, kata-kata yang diucapkan seorang zilong, jagoan di film tersebut, bahwa ketika dia mendaftar sebagai prajurit di keraajaan liu, dia berucap bahwa manusia berhak untuk mengubah takdirnya.

ini selaras dengan kisah ketika khalifah umar ibnu chatab mengubah jalur prajuritnya, berbelok menjauhi perkampungan yang terkena wabah penyakit. ketika di tanya salah seorang prajuritnya,

"wahai khalifah, mengapa engkau menghindari takdir? bukankah jika kita melewati kampung itu kita di takdirkan tidak terkena penyakit, maka kita akan selamat?" tanya sang prajurit.

"benar wahai saudaraku, aku yakin dengan takdir Allah, namun saat ini kita mencoba berpindah dari satu takdir ke pada takdir Allah yang lain" jawab sang khalifah mantap.

ya begitulah seharusnya kita melihat sebuah nasib hidup kita, karena Allah tidak akan mengubah kondisi/nasib suatu kaum selain karena daya upaya kaum itu sendiri.


kita kembali ke panglima Zilong,

dan saat itulah dia mendapatkan takdirnya. dengan kesungguhan dan kehormatan diri dia menjadi prajurit yang setia, tangguh dan percaya diri. puncaknya dia menjadi satu dari lima panglima harimau.

dan Zilong menjadi satu2nya panglima yang bertahan hidup dihari tuanya, sementara empat lainnya sudah gugur di medan laga.

diakhir film tersebut sang panglima tinggal berdua saja, setelah semua prajuritnya tewas, dia tinggal saja dengan seniornya yang sudah dianggap kakaknya, dia mengaku berkhianat yang menyebabkan kekalahan zilong.

sang panglima menerawang, dan berkata :

"engkau tetaplah kakakku yang ku cintai, apakah engkau ingat apa yang kau katakan dulu, bahwa aku ingin semua rakyatku mengenang diriku di hatinya"


ya bagaimana semua rakyat / manusia lain bisa menaruh nama kita di hati mereka, sebagaimana setiap muslim menaruh akhlak hebat rasulullah di hatinya . semua karena memang beliau layak untuk itu.

artinya sebanyak apa kita bisa memberi manfaat kepada manusia lain, maka sebanyak itu pula hati kita akan di kenang sepanjang masa.

Friday, March 13, 2009

awal sebuah bisnis ( 3 )

walaupun pembicaraan kami terganggu dengan lalu lalang orang yang mau menelepon, tapi kami mencoba untuk fokus pada rapat.
"mad, menurut ente, apa yang bisa kita jual dari kita bertiga ini?" uwi melempar tema.

"ane punya pengalaman bisnis, ente berdua kan punya keahlian pasang-pasang antena, dari situ aja kita mulai" papar ahmad

"bener wi, kita jual aja kemampuan kita, memang sih bisnis seperti ini belum umum. namun kedepannya ane yakin perusahaan-perusahaan besar akan butuh rekanan. lihat coba sepatu merk nike atau adidas, emang dia punya pabrik sendiri? gak, mereka me - vendorkan semua produksi, si anas temenku itu kerja di nikomas serang, pabriknya memproduksi sepatu merek-merek terkenal seperti yang tadi ane bilang, so lanjut aja rencana kita, Allah bersama kita....", aku menyahut, memberi semangat.

"mantap!, itu baru bambang, yang penting dalam bisnis itu semangat dulu, dengan kita bersama-sama, kita bisa saling menyemangati, saling mengisi, saling menginspirasi. tul gak wi" ahmad menengok ke uwi.

"setuju!" uwi semangat "okeh. kita sepakat jalanin bisnis ini, sekarang kita musti sepakati beberapa hal, pertama bendera apa yang mau kita pakai, modalnya, kantornya dimana dan banyak lagi"

"mad, kalau wartel ini sementara buat basecamp kita bisa?" tanyaku pada ahmad

"oh bisa, bisa banget, dengan senang hati tentunya, ane jadi merasa impas kalau gitu, karena keahlian yang ente berdua punya khan imbang, kalau ane nyumbang keahlian bisnis plus tempat, oh ya kalau perlu pake bendera ane aja dulu, gimana ?" ahmad menawarkan dengan penuh semangat.

"wah jadi klop nih...., tinggal sekarang yang perlu kita sepakati adalah modal awal" uwi kembali melempar tema.

"ane usul, sebagai langkah awal kita patungan, coba deh di itung untuk menset up kita butuh berapa mad? tanyaku kembali pada ahmad, karena memang dia yang ahli kalau masalah hitung-hitungan.

"sebentar ane ambil kertas dulu...."ahmad beranjak ke kamarnya.

ya, diantara kami bertiga memang ahmad yang baru bisa berhitung bisnis, karena secara intuisi bisnis dia lebih paham dibanding kita berdua, sejak lulus sekolah dia menancapkan niat tidak akan bekerja, lebih baik berbisnis. Padahal secara prestasi, saat lulus-lulusan dulu, dia berdiri di panggung , di lehernya menggantung sebuah prestasi sebagai juara umum diantara 600 orang yang saat itu merayakan kegembiraan bebas dari rutinitas belajar dan praktek.

dengan pengalaman berbisnis di berbagai bidang membuat intuisi bisnisnya makin tajam. ditambah lagi dengan sikap kerja keras dan tanggung jawab menjaga nama baik. ini di buktikan ketika dia bangkrut dalam bisnis komputernya, dia datangi satu persatu para investor. dia minta ma'af menjelaskan kondisi bisnis yang jatuh, dan ini yang penting, dia berkomitmen untuk mengganti semua dana yang di berikan.

kebanyakan para pebisnis yang gagal adalah ketika di rundung malang, malah menghilang, hp nya mati atau ganti nomor. justru sikap seperti ini secara jangka panjang tidak lah bagus, karena bisnis adalah kita bicara jangka panjang, bicara brand image. bagaimana kita bisa menjaga nama baik kita, maka sebanyak itu pula peluang-peluang baru bisnis akan menghampiri kita.


" okeh kita lanjut" kata ahmad setelah mendapatkan kertas dan pulpen " sebagai awal, kita perlu kop surat, kartu nama, amplop dan lain-lain, plus atk. kita anggarkan sekitar satu juta ya, nanti ane yang atur sama langganan cetakan"

"ntar kalau perlu buat website ane hubungi si romi ya, sapa tahu dia mau bantu kita, dia jagonya tuh buat seperti itu" sahut uwi.

"kalau gitu ntar aku siapin kata-katanya dech, kayaknya kalau masalah tulis menulis ane dech yang paling jago....he he he" kataku tambah semangat.

"sip dech, kalau gitu gimana kalau kita patungan masing2 satu juta, dua jutanya ntar buat pegangan, kalau ada apa-apa" usul ahmad.

"boleh dech, hmmm tapi gimana kalau untuk jaga2 kita alokasikan 500 ribu dulu, soalnya lagi cekakk ni, ntar kalau butuh baru kita urunan lagi, gimana mad, wi?" aku memberi usul.

"iya mad, ane setuju, lagian khan tanggal-tanggal segini buat kita yang kerja lagi seret heheheh, kayak ente gak tahu ajah..." uwi mendukungku.

"boleh dech kalau gitu, toh dengan uang satu setengah juta kita sudah bisa jalan" ahmad setuju.

petualangan baru segera di mulai, sejak saat itu aku berbagi waktu antara pekerjaan dan usaha yang sedang ku rintis. kebetulan aku bekerja shift, sehingga terkadang aku tiga hari tidak pulang, ini membuat istriku complain keras. apabila aku shift malam maka paginya aku langsung ke 'kantor", malamnya lanjut shift lagi. begitu seterusnya. Namun karena ini demi mereka semua aku coba bertahan!, kalau kata simbok, "urip sing prihatin le...", maksudnya hiduplah yang prihatin nak...

bicara prihatin aku jadi teringat masa lalu, ketika kami sekeluarga masih di klaten, saat itu aku berumur empat tahun. samar-samar masih ku ingat bagaimana kerja keras kedua orang tuaku. bapak yang seorang petani membuat kita harus hidup prihatin, hasil panen setiap enam bulan sekali di gunakan untuk bayar hutang saat membangun rumah dulu.

praktis untuk makan sehari-hari bapak merelakan tubuhnya menjadi buruh pacul, dan simbok bersama ibu-ibu yang lain menjadi kuli patun (membersihkan rumput liar di sekitar padi) atau menjadi kuli panen (memetikan padi untuk tengkulak).

setiap pagi hari terkadang aku ikut simbok ke sawah mencari tanaman entah apa namanya aku lupa, untuk di sayur, dan sore harinya aku dan adikku yang masih dua tahun akan sangat gembira ketika bapak pulang dari sawah membawa belut. terbayang besok pagi kita akan sarapan belut goreng, yang saat itu menjadi makanan protein andalan kami.

teringat pula jika ketika sore tiba bada ashar, aku dan adikku tak sabar menunggu untuk kemudian menyusul ke sawah, terkadang aku duduk menunggu di galengan, terkadang pula aku diajak berburu belut, luar biasa sebuah kenangan yang indah. saking terkesannya sehingga hal-hal seperti itu masih kuat terpatri dalam memori otakku.

Kembali ke bisnis....., rupanya Allah memang sudah mengatur semuanya, sebelum bendera bisnis ku kerek bersama kedua rekanku. posisi pekerjaan yang tadinya di lapangan, aku di pindahkan ke bagian yang membuat aku bekerja shift. Dan pekerjaannya pun tidak berat, kita hanya menunggu telepon dari pelanggan untuk memberi solusi bagi problem yang ada, atau melayani para teknisi yang sedang di pelanggan, seperti pekerjaanku sebelumnya. Alhamdulillah ala kulli hal.....


tahun itu menjadi tahun tersibuk dan terkumel, karena semua serba instan. dikarenakan waktu yang tidak sama, maka rapat-rapat kita adakan di mana saja, kadang wartel , di warkop, di rumah atau di kantin kantorku atau kantin kantor uwi.
semua serba mangalah, mana yang tidak bisa di tinggal maka yang lain merelakan ongkos dan tenaga.

seminggu setelah rapat pertama, ahmad sudah membawa semua yang kita butuhkan, aku tertawa sendiri ketika melihat kartu nama ada jabatan direktur di bawah namaku. begitu juga uwi.

"eh kok pada mesem-mesem gitu, kenape wi?" ahmad heran.
"ente gimana seh, kita khan jadi gak enak ati, masak kita yang jadi jongos di perusahaan, disini jadi direktur, ya gak wi?" ku jawab keheranan ahmad.

"yup, lucu aja seperti bumi dan langit... semoga aja kedepannya kita bisa jadi direktur beneran..." uwi mengharap

"amiiiin...." jawabku keras.

" nah ini ni, penyakit para pegawai, gak percaya diri. kalau kita mendeklare sebagai pengusaha, kita harus yakin dengan diri kita, hormatilah diri kita. karena Allah menciptakan kita dengan modal yang sama, jadi gak ada alasan kita untuk minder dengan masa depan kita. memangnya siapa coba yang nyangka kalau seorang thomas alfa edison yang awalnya sebagai anak bodoh, namun diakhir hidupnya hingga hari ini kita mengenalnya sebagai seorang yang berjasa bagi umat manusia, dengan lampu bohlam yang diciptakannya. jadi ente jangan mesem-mesem gitu lagi, sekarang ente sudah menjadi kepala cicek sekaligus buntut buaya....., ha ha ha ha ha " ahmad tertawa lepas.


aku dan uwi, terheran dan " ha ha ha ha ha" kita tertawa bersama......


*** besok lagi, dah isya******





Thursday, March 12, 2009

awal sebuah bisnis ( 2 )

"salamualaikum" suara dari ujung telepon
"wa'alaikum salam", jawabku, "siapa ni?"

"ahmad, taqabballahuminna wamingkum bang"

"taqabbal yaa karim...my fren, lebaran dah kemana aja?'

"belum kemana-mana, masih ngiterin tetangga dekat, ente ndiri gimana, dah ke bang Tono belum?"tanyanya....


bang tono, sebuah nama yang tidak bisa kami lupakan, dari dia lah kami bisa memahami bagaimana menjadi seorang manusia dewasa, senior kami saat sekolah dulu. dengan sabar beliau menjadi tutor bagi adik-adik kelasnya di rohis.

ah banyak sekali kenangan manis saat sekolah dulu, inginnya diri ini mengulang masa yang sudah lewat.


"hei, kok bengong, dah ke sono belum? kalau belum kita barengan mau?" ajak ahmad mantap.

"boleh dech, kapan?"

"besok jam sembilan, ane ke rumah ente"

"oke deh,.... oh iyya gmn tuh, usulan ente untuk kita buat bisnis?"

"sekalian aja besok kita omongin, tapi bagusnya kita jangan cuma berdua, nambah satu lagi deh biar ganjil, bukannya Allah suka yang ganjil?"

"ane setuju, cuma siapa ya orang ketiganya?"

" hmmm....gmn kalau si uwi, khan bidang kerjanya sama ama ente, itung-itung nambah personil di bidang yang mau kita garap"

"boleh juga, ntar ente ya yang hubungi dia..."

'sip, kalau gitu kita ajak dia juga ya ke bang tono, abis itu kita rapat di wartelku yang di lenteng"

"bungkus"


wartel ahmad yang di lenteng, ya itu wartel dia yang ke sembilan, alhamdulillah bisnis wartel ahmad bulan-bulan ini sedang maju pesat, selain dia buka wartel tapi juga menjual peralatan wartelnya dengan harga di bawah pasar. ini seperti ceritanya american gangster, yang menjual heroin kelas satu dengan harga di bawah heorin kelas tiga / ini cuma contoh bisnis lho, bukan ngajarin jualan heroin :) .
boleh di bilang ahmad adalah pendobrak bagi mahalnya perangkat wartel, bisnis yang luar biasa, ceritanya begini....

pada satu kesempatan dia searching di internet peralatan wartel, karena saat itu dia mencoba banting stir dari jualan lele ke bisnis wartel, tanpa sengaja dia terhubung dengan salah satu nomor yang terdapat di salah satu website, saat konfirmasi harga, ahmad kaget kenapa harga yang dia dapatkan di poskota sekitar 18 juta, sedangkan harga disini cuma 6 juta untuk empat KBU.

wah peluang besar ni....tanpa ba bi bu dia langsung menuju ke surabaya, pabrik peralatan wartel tersebut untuk memastikan segala sesuatunya. setelah mempelajari dengan seksama, ahmad langsung mendobrak pasar, dia buka iklan di koran poskota, yang memang merupakan koran murahan tapi daripadanya berputar uang milyaran.

dengan membandrol harga 11 jutaan lengkap empat KBU, seketika itu kesibukannya meledak, tidak kurang 5 pelanggan masuk setiap minggunya. hingga dia harus menggandakan pegawai hingga lima kali lipat. boleh di bilang inilah momentum bisnisnya, lantas dia bergerak cepat memaksimalkan potensi dikala sebuah bisnis sedang menanjak keatas.

karena pada hakekatnya setiap bisnis itu ada masanya, ada masa naik, masa puncak dan masa jenuh atau turun. dan saat itu bisnis wartel sedang manis-manisnya. ahmad menjadi salah seorang yang memetik buah dari kebijakan telkom dalam memudahkan izin wartel.

maka itu alangkah sedihnya bagi seorang yang hanya berjiwa follower, berbisnis hanya karena ikut-ikutan, alih-alih dia mengambil start di puncak peak bisnis, namun dia terjerembab, karena saat dia memulai bisnis, pasar sudah jenuh!.

*******

tanjung barat, dari pasar minggu ke arah depok, sebelum lenteng agung,

Siang itu panasnya amat terik, membuat malas setiap orang untuk keluar rumah, pohon-pohon yang baru di tanam serasa malas meneduhi orang yang berada di bawahnya untuk menunggu bus.

diujung stasiun tanjung barat ada sebuah pemberhentian bus, 'waru' begitu orang menamakan 'halte' tersebut. wartel ahmad berada tepat di depan gang waru tersebut,

setelah memarkirkan motor, kami langsung masuk ke dalam wartel yang ber-KBU empat tersebut, wartel yang disewa empat juta lima ratus setahun ini terdiri tiga ruangan, ruangan depan digunakan sebagai 'wartel' untuk orang nelpon, ruangan di sebelahnya dijadikan sebagai tempat service peralatan wartel. hal ini nampak dari berjejernya perangkat wartel di meja yang dijadikan tempat menyolder. di ujung ruangan sebelum kamar mandi ada kamar yang di gunakan ahmad berkantor.

mengenai angka empat juta lima ratus ini ada cerita tersendiri, ahmad memberi tips, untuk keamanan bisnis kita kedepannya, musti di buat perjanjian dengan pemilik tempat, hal ini agar si pemilik tempat tidak menaikkan seenaknya di tengah bisnis kita yang sedang berkembang. jadi, dia memberi kepastian kepada pak haji yang punya tempat, bahwa tiap tahunnya dia akan menaikkan kontrakan sebesar 500ribu, ditahun pertama dia sewa 4 juta, tahun ini 4.5 juta tahun besok 5 juta dan seterusnya. dengan begitu dia bisa menganggarkan biaya tempat tanpa was-was kontrakan naik dengan harga yang tidak wajar.

karena sempitnya ruangan tersebut, kami memutuskan untuk rapat di ruang tengah, duduk di kursi tua yang sobek disana-sini, gak papa yang penting rapatnya, bukan tempatnya.

"gio, tolong beliin 3 teh botol, yang dingin ya...sekalian beli gorengan, uangnya pake aja yang laci" pinta ahmad pada pegawainya.

'oke bos..." bagio langsung ngeloyor keluar.

"mad, ente tiap hari ngantor disini" uwi membuka diskusi

"begitulah kira-kira, harap maklum dech, gak seperti di kantor ente berdua, ber-ac, bersih, nyaman dan harum ya..." ahmad merendah

"tapi khan ente enak mad, ngantor gak ada yang ngatur, masuk terserah kita, beda sama kita yang masuk harus teng jam 8, pulang gak boleh kurang jam lima sore, ya gak wi?" kataku lempar ke uwi

"tul bang, pepatah bilang, lebih enak jadi kepala cicek daripada jadi buntut buaya, walaupun kecil bisnisnya tapi khan ahmad jadi big bosnya, gak seperti kita yang cuma jadi pegawai, kalau dibilang buntut, kita adanya di ujung buntut, he he he..." sahut uwi

" udah deh kelamaan, kita mulai rapatnya"ahmad mencoba mengalihkan pembicaraan.

"lanjut..." uwi dan bambang kompak.


kipas angin yang dipasang dilangit-langit siang itu menjadi saksi dari sebuah kesepakatan bisnis mereka bertiga, ya awal sebuah bisnis sedang di kumandangkan. lihatlah dunia, lihatlah niat baik sedang di perbuat.


to be continued

Tuesday, March 10, 2009

awal sebuah bisnis

sampai dikantor hari ini aku lebih awal, di laptop yang sudah kubuka ada sebuah email dari teman kecilku, mas bambang, yang dulu pernah kuceritakan...
'fren, ini aku punya catatan kecil, ente share ya di blog ente...' begitu pesannya...

setelah kubaca dua kali, sayang kalau tidak upload ke teman-teman lain, semoga bermanfaat...

*******

rasa kantuk karena semalaman qiyamul lail sudah terlewatkan, matahari sudah agak tinggi, jam sembilan rupanya...., kulihat kawanku sudah lebih dulu bangun dan mengambil tempat di pojok masjid untuk tilawah, kali ini aku kalah.....

masih hangat di kepala ini bagaimana kesan yang mendalam terhadap teman sekelas yang sudah melesat menjauhi kami, dikala kami masih berkutat dengan gaji yang cuma satu setengah juta, dia sudah berbicara mengenai kontrak kerjanya yang menembus dua milyar. dikala kami masih harus berbagi tempat tidur dengan anak-anak, dia sudah memberi kamar tersendiri untuk pembantunya.

secara manusiawi aku dan mungkin semua teman-teman yang kemarin ikut buka buka puasa dirumahnya punya perasaan yang sama, iri. ya betul sebuah perasaan iri, toh hal itu untuk sebuah kebaikan tidak salah ya.

semoga semangat iri itu bisa mengejawantah menjadi sebuah percepatanku dalam sebuah semangat menempa diri lebih keras agar potensi diri yang sudah dianugrahkan dapat berbuah kebaikan.

sedih hati ini ketika ingat, rona wajah istriku yang harus kembali meminjam uang kepada temannya, hanya untuk membeli sayur. masalahnya aku belum bisa pinjam ke temanku karena hutang sebelumnya belum ku bayar.

'mas gak enak ni, masak kita ngutang lagi sama mas nono, kan sayur yang kemarin belum di bayar?' katanya sedih

'kalau gitu kamu pinjam sama mbak izah aja, sepertinya dia baik orangnya, lagian ku lihat mas anto sepertinya dapat rezeki tu semalam' suruhku memelas.

malam itu kami akhiri dengan hati yang malu... malu kenapa sampai harus berhutang, karena tidak mungkin aku menyetop jatah orang tua ku yang memang aku sudah komitmen saat sepekan sebelum menikah dulu, bahwa aku akan tetap mensubsidi walaupun sudah berkeluarga.


'mas sudah ni, silahkan gantian' seru seorang teman yang sudah selesai mandi

' oh ya, terima kasih' kataku kaget, sambil langsung melangkahkan kaki ke kamar mandi.

*****

Sadaqallahul adzim....

alhamdulillah, sudah setengah juz....sesuai target.

'bagaimana bang, dah khatam' basa basi ahmad, teman itikahku.

'ah ente, bisa aja, masih kurang 3 juz lagi, ente gmn?

'alhamdulillah , doain ya biar ntar sore aku bisa khataman lagi...' katanya merendah

luar bisa ini temanku, sudah hampir dua kali khatam pada ramadhan lagi, padalah puasa masih lima hari lagi.


'mad, aku mau ngomong ni, agak serius..' ujarku mengalihkan pembicaraan

'emang selama ini kita ngomong gak pernah serius...?' candanya

'begini, aku mau curhat sama ente ..., mau khan dengerin curhatanku?' pintaku

'dengan senang hati' katanya sumringah

'sudah beberapa bulan ini sejak anak keduaku lahir, keuangan di rumah rada sulit, ada saran' aku memulai.

'oooo, kalau itu sih aku dah lama, cuma khan karena aku gak kerja kayak ente rejekiku gak bisa di tebak, kadang bulan ini minus 3 kadang besok surplus 10...he he he...' jelasnya

'iya ya, sekarang aku gak ada pemasukan selain yang gajiku yang tiap tanggal 1 selalu nongol di rekening secara statis, maksudnye gak ada fluktuatifnya seperti ente..., ini jadi pemikiranku setiap malam, bagaimana aku bisa keluar dari lingkaran ini, lingkaran yang banyak hutangnya', desahku.


'bukannya dulu dah aku kasih tahu supaya ente mulai cari tambahan bang?' tembaknya

'betul, aku sudah kok mulai coba jualan di kantor, dari jualan baju muslim, madu, sampai mainan anak-anak, tapi ya itu, hasilnya belum nonjok' selorohku.

'gak papa, ente istiqomah aja jalanin itu, dalam bisnis itu yang penting adalah mentalnya, mental untuk jualan, mental untuk ngerasain untung, rugi dan mental merasakan petualangan sebuah bisnis, karena seorang yang sudah sekolah bisnis bahkan sampai ke amerika pun, tapi belum pernah jualan, maka belum bisa dikatakan dia seorang pebisnis, bisnis itu harus di rasakan, seperti kita bisa menjelaskan rasanya madu, apabila memang sudah pernah meminum madu' panjang lebar ahmad menjelaskan.

aku hanya terdiam seperti seorang anak yang sedang asyik mendengarkan seorang ustadz mendongeng kehebatan para sahabat di perang badar.


'okeh deh, aku jadi semangat lagi ni....' ujarku semangat.

'cuma gini bang, dari pengalaman ane, sepertinya kalau cuma jualan yang ecek-ecek gitu kapan kaya-nya, sepertinya kita musti berkolaborasi deh...'ajak ahmad.

'maksud ente' kejarku

'begini, inget khan teman kita semalam yang sudah bermomset milyaran?, gimna kalau kita mencoba peruntungan yang sama, ane punya pengalaman bisnis, mungkin bisa di kawinkan dengan keahlian ente di bidang satelit' ajaknya.

'wah boleh juga tuh, tapi khan aku cuma teknisi biasa, mau main seperti apa?, modalnya?, kantornya? sepertinya masih jauh dech ' kataku lirih.

'ente gimana sih, baru gitu aja sudah lemes, dulu bill gates awalnya juga coba-coba, tapi lihat sekarang siapa orang paling kaya sejagat saat ini?

'iyya ya...'

'dah gak usah banyak mikir kita langsung sepakatin aja...setuju?'

'oke dech gak ada salahnya juga khan kalau dicoba, iseng-iseng berhadiah, semoga tahun 2001 ini bisa menjadi awal bisnis ku kelak' kataku.


Allahuakbar-allahuakbar....

'dah adzan tuh, siap-siap yuk' ahmad menggandeng tanganku, berwudhu.


bersambung