Jum’at yang indah hari ini, menjadi semakin menyenangkan terutama buat ketiga anakku (yang keempat dirumah saja, baru 3 bulan) plus satu keponakan yang musim liburan ini menginap di rumah. Setelah mampir sebentar di kantor, kami melanjutkan ke kebun binatang ragunan.
Wajah penuh ceria tentu menghiasi wajah mereka, bukan ke kebun binatang namanya kalau kita tidak menengok ‘saudara tua’ kita J.
Satu yang pasti di ragunan ini adalah kesamaan penanganan pada semua binatang, yaitu mereka di beri ‘rumah’ yang di kerangkeng di semua sudutnya sehingga kita hanya bisa melihat dari jarak jauh. Apalagi bila hewan tersebut termasuk hewan ganas, maka perlakuannya lebih ekstra ketat lagi.
Disini saya tidak ingin terus bercerita mengenai hewan-hewan yang menggemaskan di ragunan tersebut. Diri ini sempat terpikir awam, kok mau-maunya itu hewan di kerangkeng, manjadi tontonan manusia. Kerjaannya setiap waktu hanya itu-itu saja, sangat amat monoton. Si monyet hanya bisa melompat di tempat yang tidak ada variasi. Macan tutul hanya bisa berputar dan terus berputar sambil memunggu daging kiriman, pikiran nakal saya berkata, kalau boleh itu singa berpikir mungkin dia akan berandai-andai, jika saja besi yang mengkerankeng dia itu bisa di jebol maka pasti perutya akan banyak terisi anak manusia…. Ih serem ya !.
Pikiran saya kembali berkata, sungguh amat merugi ya, manusia yang diberi kebebasan berpikir, kebebasan untuk memilih, jalan yang baik atau yang buruk. Ingat !, diberi kebebasan. Namun kenapa masih ada teman-teman kita yang menyia-nyiakan waktunya untuk kegiatan yang tidak bermanfaat ( kalau tidak bisa dikatakan sampah).
Disaat banyak anak muda yang mengejar dan mangapai bahagia, namun masih ada sekian juta generasi muda yang membuang masa mudanya untuk berleha-leha, bersantai ria, duh sedihnya diri ini, kedepan mereka bisa dipastikan ( kalau tidak mau mengubah pola hidup) pasti menjadi beban masyarakat.
Berbicara prilaku hewan yang monoton tersebut saya jadi ingat kata-kata mutiara, bahwa ciri-ciri orang yang (akan) sukses adalah selalu berjiwa dinamis, tidak statis. Hatta untuk hal-hal yang sepele, misalnya seperti selalu mengubah rute jalan munuju ke tempat kerja.
Ini ada kaitannya dengan kebiasaan orang yang masih terikat kerja (TDB) dengan orang yang sudah bebas mengerjakan apa saja terserah kemauan kita, maksudnya sudah berdikari (TDA).
Disini bukan berarti saya mengecilkan teman2 yang masih bekerja, namun memang kalau kita sudah berwirausaha, maka hasil yang kita dapatkan tergantung dari seberapa dinamis pikiran dan gerak kita.
Terus terang ini saya alami, dua tahun yang lalu gerakan saya amat dinamis, sehingga usaha tahun itu saya bisa membeli rumah kedua dan mobil pertama. Kemudian satu tahun ini saya merasa terlena, sehingga tidak banyak gerakan yang berarti, yang efeknya untuk memasukkan anak sekolah saja saya harus minta keringanan membayar secara kredit.
Hal ini menjadi pelajaran yang berharga, sehingga pikiran ini terus berputar mencari penghidupan tambahan, alhamdulillah kemarin Allah memberi arahan, setelah dapat bergabung di TDA langsung terinspirasi bisnis properti setelah mengikuti workshop yang diadakan komunitas TDA yang menghadirkan Pak James sebaga pembicaranya.
Seperti ada law attraction antara pemikiran bermain properti dengan dana nganggur yang ada di perusahaan. Niat itu makin kuat ketika kita bandingkan bagi hasil di bank tenyata seperlimanya jika dibandingkan dengan harga ruko yang kita beli 2 tahun lalu.
Alhamdulllah semoga jalan ini memang sudah Allah gariskan.
Bismillah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment