Monday, November 19, 2007

Tepuklah pundak karyawan anda....

Karyawan adalah juga manusia, jadi sejauh mana kita bisa memanusiakan karyawan, sebesar itu pula loyalitas seorang karyawan kepada perusahaan. Menyambut workshop mengelola karyawan sabtu besok, ada keinginan untuk berbagi pengalaman bagaimana saya mengelola karyawan, semoga bisa saling menginpisrasi.

Mulanya saya adalah seorang karyawan pada sebuah perusahaan swasta nasional, beberapa kali pindah bagian yang otomatis juga beberapa kali bertemu berbagai tipe atasan. Sehingga dengan pengalaman sebagai seorang karyawan membuat saya mudah untuk berempati kepada para pegawai.

Berikut beberapa kilasan ingatan mengelola karyawan ;

1. Meminta tanpa memerintah
bagaimana perasaan anda kepada seorang karyawan yang melaksanakan tugas setengah hati?, apa yang kita pikirkan terhadap karyawan yang santai sementara pekerjaan menumpuk.
Ketika meminta sesuatu kepada karyawan alangkah baiknya kita lihat dulu situasi dan kondisinya, apakah memang sang karyawan tersebut bisa kita beri order. Ada cara hebat meminta seorang karyawan tanpa kita harus memerintahkan secara langsung. Begini caranya, ketika ada satu pekerjaan yang menumpuk, hampiri dia, kita ajak diskusi mengenai kondisi perusahan yang amat membutuhkan tenaga dan pikirannya, lalu secara perlahan kita arahkan bagaimana dia harus bisa menyelesaikan yang memang menjadi pekerjaannya.
Contohnya seperti ini, ‘ don, saya di target sama perusahaan untuk segera menyelesaikan laporan pekerjaan pekan kemarin segera, menurut kamu bagaimana ya?’
Kalau sang karyawan peka pasti jawabnya seperti ini ‘ oh ya pak hari ini akan saya selasaikan laporan keuangannya, nanti sore saya serahkan ke bapak’. Nah, kalau kita sudah ngomong begitu tapi karyawan kita masih bengong.... pecat ajah...:)

2. Curhat
Salah satu obat menghilangkan stress adalah dengan melakukan curhat kepada orang lain. Begitu juga dengan karyawan kita, mereka membutuhkan pelampiasan gundah gulana, permasalahan pekerjaan dan lain sebagainya.
Kami sengaja menggaji karyawan tidak dengan transfer, namun kami berikan cash, kenapa?, karena kami gunakan pembagian gaji tersebut sebagai ajang curhat karyawan secara pribadi. Selain curhat seluruh karyawan setiap bulan dan acara outing tiap tahunnya. Biasanya setiap tanggal 25 satu persatu karyawan saya panggil keruangan. Di situ akan bermunculan berbagai masalah, dari masalah bagian keuangan yang seret ngalirnya, sampai masalah anak yang sakit.

3. bahasa yang lebih ‘empuk’
coba anda bandingkan ‘rasa’ dari beberapa perintah berikut ini,
a. ‘ hei kamu ke ciputatnya naik motor aja, jangan pake mobil ntar boros !’
b. ‘eh, ruangan teknisi ini kotor sekali seh, emang gak ada penghuninya ya?’
c. ‘ mas untuk ke ciputatnya nanti pakai motor aja ya biar cepat,sekarang khan musim macet ya...?’
d. ‘ teman-teman, enak kali ya kalau ruangan teknisi ini bersih, siapa yang hari ini kosong, bisa ya beres-beres...?’

saya sering mengistilahkan kata-kata yang semacam c & d dengan bahasa yang ‘empuk’, karena lebih nyaman didengar telingga. Kadang kita apabila sedang emosi sering terlepas kata-kata yang didengar orang lain itu menusuk hati. Ugh.
Namun jika hal ini sudah menjadi terbiasa, maka kita akan selalu bisa mengontrol apa yang keluar dari mulut kita.

4. Hargai kemanusiaannya
manusia itu punya hati dan perasaan, untuk memggugah kreatifitasnya tidak bisa dengan menjatuhkan harga dirinya. Ambil potensi anak buah kita dengan memaksimalkan posisinya sebagai manusia terhormat. Biasanya setiap sore saya keluar ruangan, apabila ada yang pulang dari lapangan saya selalu menanyakan dari pelanggan apa, bagaimana progress pekerjaannya, apakah ada kendala, apa ada cerita lucu, dan sebagainya, setelah mereka menceritakan kondisi lapangan, saya selalu katakan, sip, ok, good job, hebat ente, sambil saya tepuk pundaknya beberapa kali

5. Akrab dengan karyawan
Sabtu kemarin satu karyawan saya, belum berhasil dalam suatu pekerjaannya, dimulai dari sore hingga jam dua pagi, belum berhasil mengarahkan ke satelit. Siang harinya ketika dia mulai kerja lagi, saya telepon dan saya katakan, ‘ wan, ane yakin ente pasti bisa, khan kemarin ente berhasil naikan satu lokasi?, coba di lihat lagi pelan-pelan apakah ada yang kurang parameternya, kalau perlu ente sholatin tuh antena..  ‘. Alhamdulilah sorenya dia sudah dilokasi lain untuk antena berikutnya.
Lain waktu saya datangi meja salah seorang karyawan yang terlihat santai, sambil duduk dikarpet, kita ngobrol apa ajah dari masalah keluarga, anak, hingga masalah yang sedang hangat saat ini.

6. masalah gaji
Tak bisa dipungkiri bahwa salah satu motivasi orang bekerja adalah untuk mendapatkan uang. Sebelumnya saya ingin mengatakan bahwa pada umumnya kebutuhan mausia itu akan mengikuti besarnya pendapatan yang didapatnya.
Itulah kenapa orang yang bergaji dibawah 1 juta perbulan masih bisa tertawa lepas, sebagaimana orang yang bergaji diatas 10 juta. Tergantung bagaimana seseorang tersebut memandang dan mengelola keuangannya.
besarnya gaji tidak secara mutlak mempengaruhi loyalitas seseorang. Saya berpikir justru kenyamanan dan keamanan bekerja menjadi unsur yang terpenting dari seorang karyawan.

7. managemen kekeluargaan
Alhamdulillah dari awal kami berdiri prosentase pegawai keluar boleh dibilang dibawah 10 %, itupun yang keluar bukan karyawan kunci. Satu tahun yang lalu ada seorang karyawan kunci memberitahu bahwa ada tawaran pekerjaan yang gajinya lebih tinggi. Awalnya kami khawatir, kalau dia keluar bisa bahaya, karena dia memegang kendali atas perwakilan kita diseluruh indonesia. Saya bilang sama teman, gimana kalau kita naikkan gajinya?, tidak kata teman bisnis saya, biar saja dia memilih, alhamdulillah ternyata dia memilih tetap bersama kami. Ini karena dia melihat adanya kekeluargaan yang hangat di sini.

Keluarnya seorang karyawan memang memusingkan kita, namun harus diingat itu adalah sebuah konsekuesni kita sebagai seorang pengusaha. Kita harus siap untuk itu.

Mungkin itu aja dulu sharingnya, masih banyak sebenarnya, Cuma sepertinya harus berhenti dulu. Pekerjaan lain sudah menunggu.
* widoyo2016.blogspot.com *

Thursday, November 1, 2007

BERBAGI DALAM BISNIS


Kemarin sore sambil pulang saya dengerin Smart FM, kebetulan sore itu sedang dibahas bisnis stock option oleh pakarnya yaitu pak Abraham Lembang, banyak hal yang ku tahu dari talk show tersebut, namun ada satu hal yang ku ingat dan sangat mengena, justru bukan masalah stok option, bahwa dalam bahasa mandarin huruf-huruf yang merangkai kata serakah dan miskin itu mirip sekali, jadi kalau mau kaya janganlah serakah, begitu kira kira pesan beliau.

Memang hal itu banyak diajarkan dalam kaidah-kaidah bisnis, dalam Islampun di berlakukan azas berbagi melalui banyak jalan dengan berbagai istilah dan pemahamannya, dari zakat hingga wakaf.

Saya jadi ingat dengan kejadian yang belum bisa terlupakan dalam memori otak ini, bagaimana cerita seorang TDB (pekerja) yang beralih kuadran menjadi TDA (pengusaha), dalam hitungan 2 tahun bisa membukukan sebuah proyek milyaran, namun dalam tahun ketiga orang tersebut mengadu dengan berbagai hutang yang ada di mana-mana, padahal saya tahu bahwa dengan pengelolaan yang baik maka keuntungan dari bisnis tersebut akan berjumlah ratusan juta. Karena saya ikut mengawal proyek tersebut sampai satu bulan sebelum di tanda tanganinya kontrak.

Kenapa antiklimaksnya kok cepat sekali ya ?, analisa saya terhadap kasus diatas adalah karena pengelolaan yang tadinya dua orang lalu diambil sendiri oleh salah seorang diantara mereka, yang mengambil risiko dan keuntungan itu adalah orang yang saya ceritakan diatas. Ada keinginan untuk untung besar, bukankah kalau berdua berarti harus berbagi keuntungan.
jadinya tidak ada yang bisa mengerem saat pengeluaran uang begitu derasnya, dan tidak ada tempat untuk berbagi kendala.

Saya sendiri saat ini sedang menikmati kebersamaan dalam mengelola bisnis yang kami bangun sejak 2002 lalu.

Setelah merenung dan berpikir ternyata memang banyak keuntungan saat kita berbisnis dengan berpartner. Berikut saya mau berbagi, keuntungannya kalau kita berpartner dalam berbisnis. Sila simak,

Satu,
Kita bisa saling melengkapi kekurangan, dan ini terbukti ketika saya memberi second opinian untuk mempertahankan seorang karyawan yang akan dipecat karena suatu kesalahan, ternyata saat ini karyawan tersebut menjadi andalan kita.

Dua,
Sinergi relasi, kadangkala kita membutuhan sesuatu yang itu ada di kepala partner kita, atau sebaliknya kita bisa memberikan masukan akan calon-calon pelanggan potensial.

Tiga,
Melemaskan otot otak, maksudnya apa ?, Pasti itu yang ada dipikiran anda…?
Tanya dech, kesemua orang yang berbisnis, pasti sering stress memikirkan banyak hal, mulai dari taguihan yang belum cair, kelakuan pegawai yang mengkhawatirkan, gajian yang harus di bayarkan, dan banyak hal yang memang menjadi konsekuensi seorang pengusaha (tapi kalau sudah biasa, jadi kebal kok…)
Untuk merelaksasikan otak, perlu sarana untuk berbagi, dan dengan partner bisnislah hal ini bisa dilakukan. Sehingga neuron-neuron dalam otak kita bisa lebih nyaman.

Empat,
Berbagi tangung jawab, lebih focus pada satu pekerjaan akan memaksimalkan hasil, itu kaidah yang saya ambil dengan berjalannya bisnis selama ini. Dengan berpartner kita bisa berbagi tanggung jawab, seperti saat ini saya hanya menangani masalah teknis dan SDM, sedangkan mengenai keuangan dan administrasi dipegang kawan saya. Bukan berarti lepas lho, kita selalu berdiskusi untuk masalah-masalah yang timbul.

Lima,
Mempertinggi kans bisnis untuk terus eksis dan maju, dengan berpartner maka makin banyak yang berkeinginan usaha ini maju. Misalnya kita berpartner tiga orang ( ini yang saya sarankan, tidak lebih!, Nanti saya bahas), maka yang akan memohon kepada Allah, sang pemberi rezeki adalah minimal enam orang (yang sudah beristri ya), belum kalau kita punya anak. Belum lagi kalau masing-masing kita banyak berderma kepada orang yang selalu mendoakan untuk kemajuan usaha kita. Wuih, pokoknya banyak dech yang berkepentingan untuk kemajuan bisnis kita.

Diatas adalah idealitas berpartner dalam bernisnis, bukan berarti single fighter itu tidak bagus lho, banyak juga kok kebaikan dalam berbisnis sendirian, mungkin karena pengalaman saya bagus dalam berpartner jadi itu yang bisa saya tulis.

Tapi ingat keberhasilan bisnis berpartner ada pada TRUST...., betul, kepercayaan!, lihat tulisan saya sebelumnya mengenai TRUST, apabila rasa saling percaya sudah ternodai, maka yakin dech, bisnis tersebut tidak akan lama berjalan.

Kemudian selain TRUST, perlu juga adanya kesepahaman dalam menyikapi mengenai rezeki, karena rezeki itu tidak akan pernah tertukar dari satu orang ke orang lain. Masing-masing sudah ada takarannya. Sudah ada rekeningnya di ‘lauhil mahfudz’ sana. Jadi gak perlu panik ketika orang lain mendapat harta berlebih dari kita. Widoyo2016.

Wednesday, October 3, 2007

Berbagilah.....


‘Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meninta dan orang miskin yang tidak meminta’ QS. 51 : 19

Nukilan ayat di atas aku ambil sebagai ayat pilihan versi ramadhan ini, sebuah ingatan kepada kita untuk berbagi, sebanyak apa kita bisa berbagi maka sebanyak itu pula Allah akan percaya kepada kita.

Pasti, sebagian besar dari kita berpikir bahwa maksud dari berbagi diatas adalah berbagi uang !, atau lebih luasnya berbagi harta kekayaan. ‘Agar harta itu tidak beredar dari segolongan kamu saja’.

Betul memang itu sebagian maksud dari redaksi diatas, namun alangkah bijaksananya jika kita memaknai berbagi tersebut dalam artian berbagi segalanya, dalam artian berbagi segala fasilitas yang Allah berikan kepada kita.

Kecerdasan, keahlian berbisnis, akses informasi, dan hal2 lain yang sejenis, itu semua adalah fasilitas dari Allah yang diberikan kepada kita, dan itu layak untuk kita sedekahkan kepada teman-teman yang saat ini belum beruntung.
Memberi kail lebih cerdas dibanding memberi ikan.

Kalau rumus ustadz Yusuf Mansyur bahwa dengan bersedekah harta kita menjadi semakin kaya ( sudah banyak yang membuktikan lho ), maka ketika kita berbagi ilmu pasti juga akan menambah khasanah berpikir kita, makin banyak kreatifitas dan ide-ide hebat dari semakin kayanya kita dengan pengalaman-pengalaman baru.

Jadi pada momen ramadhan nan mabruk ini mari kita berniat dan mengubah mindset kita mengenai berbagi, berbagilah tanpa reverse, tanpa pamrih.

Wednesday, August 29, 2007

trust itu penting

Bisnis, apapun bentuknya membutuhkan kerja sama dengan orang lain, tidak mungkin kita berbisnis tanpa melibatkan orang lain, untuk mendirikan sebuah usaha baru ataupun untuk menjual suatu barang absolut kita membutuhkan peran orang lain.

Oleh karena itulah maka manusia di sebut juga sebagai makhluq sosial, makhluk yang membutuhkan keberadaan orang lain.

Untuk mengikat kerja sama tersebut maka di lahirkan sejumlah kesepakatan, yang entah secara lisan ataupun tertulis, kanjeng nabi memberikan arahan apabila suatu perjanjian berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka sebaiknya di buat perjanjian dalam bentuk tertulis.

Saat memulai sebuah usaha, maka yang pertama kali diperhatikan adalah azas saling percaya, tidak akan terjalin sebuah bisnis bila rasa saling percaya tidak ada. Tidak mungkin seorang pembeli mau membeli daging sapi bila ia tidak yakin bahwa yang di belinya adalah daging sapi.

Hatta seorang yang menginvestasikan sejumlah uangnya kepada seseorang, maka yang pertama kali harus di miliki sang investor adalah dia percaya dengan yang mengelola uangnya, dia yakin bahwa uangnya akan berputar di tangan sang ahli. Sebuah malapetaka besar apabila sang pengelola mengkhianati kepercayaan investor.

Kerugian yang di tanggung sang investor tidak seberapa dibandingkan dengan kerugian si pengelola. Investor yang kehilangan sejumlah uangnya dapat di gali dari sumber lain, namun bagaimana sang pengelola mau mendapat kembali kepercayaan dalam bisnis, hancur sudah karier bisnis pengelola yang tidak amanah.

Karena kebaikan itu tidak secepat penyebaran berita buruk dari seseorang. Otomatis sejumlah investor akan berpikir berulang kali untuk bekerja sama bisnis dengan seorang yang sudah di stempel ‘tidak di percaya’ dalam bisnis. Apalah arti sebuah keahlian dagang bila sudah tidak dapat di percaya lagi.

Kepercayaan adalah nyawa sebuah bisnis, kalimat tersebut walaupun bukan sebuah hadis, namun kita sebagai pebisnis harus merenungi kata-kata diatas, berapa banyak kisah tragis sebuah kongsi dagang yang hancur hanya karena kehilangan kepercayaan diantara pelaku bisnis. Betapa menyedihkan seorang pedagang yang kehilangan banyak pelanggan setianya, hanya karena para pembeli berpindah toko, karena merasa di tipu dalam transaksinya.

Keterbukaan atau transparansi diantara pebisnis mutlak di perlukan, tanpa adanya transparansi maka akan ada prasangka-prasangka yang mengarah kepada menipisnya kepercayaan, seorang pengelola bisnis dia harus secrara terbuka melaporkan secara detail dan terbuka kas keluar masuk dari sebuah bisnis. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman dengan investor.

Wednesday, August 22, 2007

Karnaval itu memberiku pembelajaran

Merdeka berarti bebas dari kemiskinan, merdeka berarti biaya kesehatan murah, dua slogan itu begitu saja mengalir dari pemikiranku, saat umi meminta untuk mencari kalimat yang akan di tempel di karton untuk digantungkan pada leher kedua putriku.
Jujur saja kedua kalimat tersebut terinspirasi dari slogan dompet duafa yang terpampang di pinggir jalan di bilangan ciputat, dekat dengan markas bisnisku.

Wafa anak pertama kami yang sudah kelas 3 beratributkan seorang dokter yang banyak menyelamatkan pejuang kemerdekan, sedangkan adiknya, nuha yang baru masuk kelas satu berkarakter sebagai seorang petani yang mensupport logistik bagi para pejuang bambu runcing. Memang sekolah mereka pada agustus tahun ini, dalam acara karnavalnya mengambil tema kemerdekaan. Perjuangan kemerdekanaa tepatnya.

Alhamdulilah kreatiftas umi tidak lah sia-sia, nuha menyabet juara satu mengalahkan semua murid satu sekolah. Dua tahun berturut-turut wafa selalu mendapat piala untuk setiap karnaval. Memang daya kreatifitas istriku tidak pernah habis, alhamdulillah.

Tiada kemenangan tanpa kerja keras dan maksimalitas kreatifitas, tentunya juga berkat kerja tim yang mampu secara terus menerus menterjemahkan sebuah ide. Itulah yang terjadi sebelum kemenangan nuha dalam karnaval.daya kreatifitas, umi menghasilkan sebuah ide, lalu secara tim, kita satu keluarga saling sibuk menterjemahkan ide umi tersebut.

Wafa dan nuha membantu mengunting kertas-kertas, dihya yang baru berumur 3 tahun mengerti kesibukan kami sehingga tidak terlalu rewel, sedangkan ukasyah anak ke empat kami tidur lebih awal, sebagai supporting agar kita konsentrasi mengerjakan ide besar tersebut. Saat aku pulang sekitar jam 11 malam langsung di todong mencari slogan buat kedua atribut tersebut.

Berbicara kreatifitas maka kita akan berbicara juga mengenai sebanyak apa otak seseorang itu mampu menyerap informasi dari luar diri kita. Karena semakin banyak pengalaman dan informasi, maka semakin tinggi pula daya kreatifitas kita.

Dan kreatifitas tersebut perlu di trigger, agar dapat memicu sinyal-sinyal dalam otak kita utuk mengeluarkan sebanyak mungkin informasi yang dibutuhkan untuk sebuah kretifitas. Sebagaimana saya mentriger umi dengan kenangan kemenangan tahun sebelumnya, sehingga percaya diri itu muncul untuk sebuah kemenangan.

Keyakinan akan kemenangan atau keberhasilan seseorang amat dipengaruhi sejauh mana otak kita dipengaruhi bahwa nanti pasti sukses. Hal ini terbukti dengan kisah karnaval kedua anak saya diatas.

Pagi hari saat dandan dengan kostum masing-masing, wafa melihat adiknya berpakaian lebih ‘rame’ dan lebih meriah, seorang petani yang menggunakan kebaya dengan caping warna-warni, plus bakul penuh sayuran di gendongan, dia berkata, “nuha ntar pasti menang dech, soalnya bagus tuh kostumnya, biarin dech mbak wafa ntar kalah, tahun kemarin khan wafa udah menang.”

Kalimat tersebut seakan bertuah, nuha yang diberi keyakinan akan menang lalu makin percaya diri, saat berpawai pun dia sigap mengikuti instruksi bu guru, dengan semangat kemenangan dia memikul semua beban yang ada, walaupun secara phisik, nuha berbadan kecil yang selalu mengeluh cape jika di ajak jalan.

Sedangkan wafaa yang sudah men-stempel dirinya kalah, lalu seakan ada law attraction / hukum ketertarikan (dah lihat the secret khan? ) yang bekerja, berangkat dengan lunglai, tas bu dokternya tertinggal di rumah, slogan yang seharusnya menempel di dadanya, justru malah di berikan kepada temannya, praktis hanya topi perawat yang tersembul di atas jilbabnya, itupun di pakainya secara asal.

Kejadian ini kembali mengingatkanku bahwa pikiran kita amat mempengaruhi keberhasilan/kegagalan kita di masa datang. Optimisitas seseorang akan mempengaruhi kesuksesan hidupnya di masa depan.

Kita saat ini adalah hasil dari pikiran-pikiran kita di masa lalu. Dan kita di lima tahun ke depan adalah hasil dari pikiran-pikiran kita saat ini.

Allah itu, sesuai persangkaan hambanya, jika kita yakin bahwa Allah itu dekat, maka memang Allah itu dekat kepada kita. Apabila kita yakin bahwa Allah akan memberikan kita kesuksesan, maka Allah akan mensupport penuh kesuksesan kita. Berbekal keyakinan akan pertolongan Allah, maka kita akan secara optimis menatap masa depan yang gemilang. Belum percaya ?, Buktikan saja!.

Wassalam
Widoyo2016

Monday, August 20, 2007

Rezeki yang Barokah

Pada dasarnya manusia tidak memiliki apa-apa, ia dilahirkan kedunia tanpa seutas kain pun menutupi tubuhnya, melalui perantaan orang tuanyalah Allah lalu memberikan pakaian, memberi makanan, dan memberikannya penghidupan.

Saat sang manusia, beranjak dewasa dan mampu mencari penghidupan secara mandiri, sedikit demi sedikit Allah memberi dari bagiannya.
Dalam masalah rezeki, Allah tidak memandang siapa yang di beri. Di berikan kepada semua manusia yang berusaha.

Berbagai usaha dilakukan manusia untuk menggapai jatah rezekinya tersebut, dari yang bekerja kepada orang lain hingga berusaha secara mandiri.

Sebagai hamba kita harus meyakini bahwa nafas yang kita hirup, kesehatan, kesempatan, waktu luang dan ilmu pengetahuan yang dengannya kita beraktifitas, itu semua adalah rezeki dari Allah, yang nantinya akan diminta pertanggungjawabannya.

Selain rezeki yang bersifat gratis diatas, masih ada rezeki lain yang harus kita gapai dengan usaha. Sejauh mana kita melompat maka sejauh itu pula yang kita dapat. Kegigihan dan keuletan kita dalam meraih, sebanding dengan rezeki ( baca : amanah) yang akan Allah berikan.

Pada dasarnya manusia tidak mempunyai apa-apa, hakikatnya semua kekayaan milik Allah. Allah memiliki hak prerogatif untuk menentukan kadar rezeki pada setiap manusia.

Menjadi hak Allah untuk memberikan berapa banyak kepada manusia, dan menjadi hak Allah pula untuk menariknya kembali, apabila memang orang yang di beri keleluasan harta tersebut tidak amanah.

Harta yang saat ini berada dalam kekuasaan kita sebenarnya adalah milik Allah, harta itu bukan milik kita, terserah kepada Allah kemana arah aliran dana tersebut, apabila kita tidak menyalurkan kepada yang berhak maka Allah yang akan menyalurkan (bisa secara paksa!).

Uang yang saat ini ada di kantong kita bisa jadi adalah milik pedagang kain dimana kita berbelanja, milik seorang pengemis yang bersimpuh di perempatan lampu merah, atau bahkan uang tersebut adalah mllik pencopet yang mengambil saat kita lengah. Hanya Allah yang tahu kemana arah uang tersebut.

Yang sebenarnya menjadi milik kita adalah uang yang kita sedekahkan, karena itu akan menjadi tabungan kita di akherat nanti, sedangkan tabungan yang tersebar di bank-bank di dunia ini masih misteri milik siapakah harta tersebut.

Betapa banyak kisah mengharukan bertabur hikmah yang ada di depan mata, bagaimana seorang yang kaya raya kehilangan seluruh harta kekayaannya hanya karena penyakit yang dideritanya, atau bagaimana kita tidak memetik pelajaran kepada manusia yang kehilangan harta yang di kumpulkan selama puluhan tahun, dalam hitungan detik hilang begitu saja tersapu dahsyatnya tsunami !.,

Tidak ada alasan bagi kita untuk bersombong dengan harta yang ada, justru kita harus sedih apabila masih banyak hak orang lain yang belum kita tunaikan.
Ingat, dari harta yang ada pada kita, sebagiannya adalah milik orang lain dan kita wajib menunaikannya kepada yang memang berhak, atau menunggu Allah yang akan menunaikannya.

Salah satu ciri orang yang beriman adalah ia berbahagia dan bersyukur kepada Allah apabila dapat menunaikan kewajiban untuk berbagi, karena bisa jadi harta yang memang bukan hak kita namun kita mengambil manfaat darinya, akan menjadi setitik nila pada susu sebelanga. Naudzubillah mindzalik.

Dalam sejarah tidak pernah di temukan ada orang ynag gemar berinfak lalu jatuh miskin, justru bila kita rajin bersedekah maka itu akan membuat Allah makin percaya kepada kita dengan terus menambah kran-kran rezeki dari jalan yang tidak terduga sebelumnya.

Apabila kita memahami konsep rezeki, maka kita akan ikhlas dengan apa yang Allah berikan. Dengan harta yang ada pada orang lain, itu adalah urusan dia dengan Allah, tidak pada tempatnya kita memikirkan harta orang lain, apalagi bila kita dengki. Cukuplah keyakinan bahwa masing-masing kita sudah memiliki takaran kekayaan dari Allah.

Pemahaman yang baik kepada agama akan menahan kita untuk merampas apapun yang menjadi hak orang lain.

Bagaimanapun cara kita mengapai rezeki yang sudah Allah takar buat kita, maka itu pula yang akan kita dapatkan, karena memang setiap kita sudah memiliki sejumlah rezeki yang di tentukan. Apapun cara kita mengambilnya maka itu akan mengurangi jatah kita masing-masing.

Apabila kita mengambil harta yang sudah di janjikan tersebut dengan cara yang hak, maka itu akan membawa keberkahan untuk hidup dan kehidupan kita.

Namun apabila kita mengambilnya dengan cara yang curang, maka harta itu hanya akan menyengsarakan, menjadi sumber permasalahan. Karena setiap rupiah yang kita nafkahkan buat anak dan istri akan berimplikasi buat masa depan. apalah arti kakayaan apabila tiada ketenangan dalam keluarga.

Tiada kebahagiaan bagi hamba yang menggapai rezekinya dengan cara yang tidak sah, karena hal tersebut akan membawa bencana tiada bertepi. Memang secara materi kita punya, namun hati terasa gersang karena nurani yang halus sudah kita campakkan.

Ketidakberkahan harta tersebut akan membawa kedukaan yang tidak berkesudahan, dari ketidak harmonisan keluarga hingga penyakit yang terus mendera. Kesemua itu akan membawa kegelisahan tiada akhir, hingga kita bertobat dan menunaikan hak orang yang kita rampas.

Adapun orang yang bermalas-malasan sama saja dengan sorang yang sudah di janjikan sebuah hadiah di ujung jalan, namun tidak mau berjalan untuk mengambilnya. Tiada sedikitpun usaha untuk mengapainya. Padahal diakherat nanti kita akan di tanya dengan apa yang kita miliki, mengapa kita tidak memaksimalkan fungsi segala yang Allah berikan, mengapa kita tidak menggunakan tangan kaki kita untuk bekerja keras, mengapa tidak kita gunakan akal kita untuk bekerja cerdas ?.

Sekali lagi perlu di tegaskan disini bahwa semua yang kita miliki itu adalah milik Allah, dan Allah menitipkan sebagian harta yang berada di genggaman kita tersebut untuk kemaslahatan orang lain. Diperlukan cara yang ahsan untuk menjemputnya dan diperlukan cara yang bijaksana untuk menyalurkan kepada orang lain, maka niscya Allah akan melipatgandakan harta yang sudah kita infaqkan tersebut hingga tujuh ratus kali lipat bahkan lebih.

Anda mau kaya? Maka bersedekahlah…..

widoyo2016

Thursday, August 16, 2007

Kalau sudah niat, jalanin ajah…..

Sudah banyak kejadian dimana saat saya take action ingin bisnis sesuatu ternyata di tengah jalan, saya justru menemukan peluang bisnis lain. Dan bisnis tersebut justru menjadi bisnis pilihan dan meninggalkan bisnis yang sejak awal saya ingin jalankan.
Tapi kenapa ketika saya rewind pikiran, gak ketemu seperti apa contoh yang realnya, tetapi dalam memori, tersimpan menjadi sebuah dogma, agar senantiasa saat kita sudah ada niat berbuat sesuatu (bukan hanya bisnis) maka segera lakukan. Langsung bergerak saja.

Saya jadi inget kata2 seorang mentor dalam sebuah acara ruhani saat saya sekolah menengah dulu, bahwa perumpamaan manusia bisa dianalogikan dengan air.

Air yang selalu bergerak akan banyak menghasilkan sesuatu yang dinikmati, liukan keindakan air terjun Niagara adalah sebuah contoh yang tak terbantahkan. Terjalnya air di citarik banyak memberi manfaat buat rekan2 penyuka arung jeram. Keindahan dan kejernihan di curug sewu memberi inspirasi para seni lukis untuk menjadikan objek karya mereka.

Jauh berbeda dengan air yang diam tanpa gerak, ‘ngembeng’dalam bahasa keseharian saya. Air yang seperti itu hanya akan menjadi sumber penyakit, bau yang menyengat membuat orang ingin menjauh, karena biasanya memang air yang diam adalah tempat buangan akhir dari segala penjuru mata angin.

Kembali kepada take action…

Dengan kita banyak bergerak maka kita akan banyak berhubungan dengan banyak orang, bisa bertemu dengan banyak relasi bisnis, bisa saling berbagi pengalaman, banyak hal manfaat dengan kita bergerak.

Bukankah Nabi menilai orang yang ke hutan dengan modal kapak lalu dia menjual kayu bakar itu jauh lebih baik dibanding orang yang hanya duduk menengadahkan tangannya mengharap belas kasih orang.

Bertebaranlah engkau di muka bumi, karena dengan kita bergerak dan terus bergerak maka jiwa kita akan kaya dengan pengalaman hidup, karena kreatifitas itu membutuhkan pengalaman-pengalaman sebagai modal.

Tak mungkin soichiro Honda dapat menciptakan motor berbahan bakar hemat kalau dia tidak mengaca dari krisis BBM di jepang pasca mengeboman Hiroshima Nagasaki oleh amerika.

Keberhasilan setiap orang yang sukses dalam sejarah selalu di dahului berbagai kegagalan sebelumnya. Bahkan seorang purdie Candra pun harus merelakan kuliahnya demi keberhasilan bisnisnya.

So, tak ada alasan lagi bagi kita untuk menunggu momentum untuk bergerak, buatlah momentum itu sendiri. Buatlah kesempatan itu. Ciptakan takdirmu sendiri.

Widoyo2016.com

Monday, July 16, 2007

jum'at yang indah

Jum’at yang indah hari ini, menjadi semakin menyenangkan terutama buat ketiga anakku (yang keempat dirumah saja, baru 3 bulan) plus satu keponakan yang musim liburan ini menginap di rumah. Setelah mampir sebentar di kantor, kami melanjutkan ke kebun binatang ragunan.
Wajah penuh ceria tentu menghiasi wajah mereka, bukan ke kebun binatang namanya kalau kita tidak menengok ‘saudara tua’ kita J.
Satu yang pasti di ragunan ini adalah kesamaan penanganan pada semua binatang, yaitu mereka di beri ‘rumah’ yang di kerangkeng di semua sudutnya sehingga kita hanya bisa melihat dari jarak jauh. Apalagi bila hewan tersebut termasuk hewan ganas, maka perlakuannya lebih ekstra ketat lagi.

Disini saya tidak ingin terus bercerita mengenai hewan-hewan yang menggemaskan di ragunan tersebut. Diri ini sempat terpikir awam, kok mau-maunya itu hewan di kerangkeng, manjadi tontonan manusia. Kerjaannya setiap waktu hanya itu-itu saja, sangat amat monoton. Si monyet hanya bisa melompat di tempat yang tidak ada variasi. Macan tutul hanya bisa berputar dan terus berputar sambil memunggu daging kiriman, pikiran nakal saya berkata, kalau boleh itu singa berpikir mungkin dia akan berandai-andai, jika saja besi yang mengkerankeng dia itu bisa di jebol maka pasti perutya akan banyak terisi anak manusia…. Ih serem ya !.

Pikiran saya kembali berkata, sungguh amat merugi ya, manusia yang diberi kebebasan berpikir, kebebasan untuk memilih, jalan yang baik atau yang buruk. Ingat !, diberi kebebasan. Namun kenapa masih ada teman-teman kita yang menyia-nyiakan waktunya untuk kegiatan yang tidak bermanfaat ( kalau tidak bisa dikatakan sampah).
Disaat banyak anak muda yang mengejar dan mangapai bahagia, namun masih ada sekian juta generasi muda yang membuang masa mudanya untuk berleha-leha, bersantai ria, duh sedihnya diri ini, kedepan mereka bisa dipastikan ( kalau tidak mau mengubah pola hidup) pasti menjadi beban masyarakat.

Berbicara prilaku hewan yang monoton tersebut saya jadi ingat kata-kata mutiara, bahwa ciri-ciri orang yang (akan) sukses adalah selalu berjiwa dinamis, tidak statis. Hatta untuk hal-hal yang sepele, misalnya seperti selalu mengubah rute jalan munuju ke tempat kerja.

Ini ada kaitannya dengan kebiasaan orang yang masih terikat kerja (TDB) dengan orang yang sudah bebas mengerjakan apa saja terserah kemauan kita, maksudnya sudah berdikari (TDA).
Disini bukan berarti saya mengecilkan teman2 yang masih bekerja, namun memang kalau kita sudah berwirausaha, maka hasil yang kita dapatkan tergantung dari seberapa dinamis pikiran dan gerak kita.
Terus terang ini saya alami, dua tahun yang lalu gerakan saya amat dinamis, sehingga usaha tahun itu saya bisa membeli rumah kedua dan mobil pertama. Kemudian satu tahun ini saya merasa terlena, sehingga tidak banyak gerakan yang berarti, yang efeknya untuk memasukkan anak sekolah saja saya harus minta keringanan membayar secara kredit.
Hal ini menjadi pelajaran yang berharga, sehingga pikiran ini terus berputar mencari penghidupan tambahan, alhamdulillah kemarin Allah memberi arahan, setelah dapat bergabung di TDA langsung terinspirasi bisnis properti setelah mengikuti workshop yang diadakan komunitas TDA yang menghadirkan Pak James sebaga pembicaranya.
Seperti ada law attraction antara pemikiran bermain properti dengan dana nganggur yang ada di perusahaan. Niat itu makin kuat ketika kita bandingkan bagi hasil di bank tenyata seperlimanya jika dibandingkan dengan harga ruko yang kita beli 2 tahun lalu.
Alhamdulllah semoga jalan ini memang sudah Allah gariskan.
Bismillah.

Monday, June 18, 2007

Hati yang tak pernah sakit

hubungan antar manusia terkadang meninggalkan goresan-goresan luka dalam hati kita, orang bilang…. sakit hati! . Dari sakit hati yang ringan, seperti tersingung, hingga sakit hati luarbisa sebagaimana balas dendamnya seorang yang di sakiti kepada yang menyakitinya.

Sungguh tidak damainya dunia ini bila kehidupan hanya di penuhi dengan aksi dan reaksi dari sakit hati. Apakah kedamaian berada nun jauh diluar sana?. Tidak! , sungguh… justru kebahagiaan itu ada di dalam hati kita.

Kedamaian dan kegersangan hidup semua ada dalam hati kita, tergantung bagaimana kita menata dan menguasai hati di bawah binbingan Allah yang maha Rahman dan maha Rahim.

Sungguh indah dan amat mempesona memiliki hati yang tak pernah sakit. Tidak tersiksa dengan apapun yang ‘menyerang’ hati. Kita merdeka dari penjajahan dan belenggu hasutan yang menyesakkan dada.

Orang yang tidak pernah sakit hati adalah orang yang bisa menata dan menguasai hati ataupun perasaan terhadap segala informasi atau saya sebut sebagai ‘serangan’ dari luar. Ada begitu banyak kata-kata dari teman, istri, suami, anak, atasan, mertua, rekan bisnis dan semua orang yang berinteraksi dengan kita, begitu menyakitkan, amat menyesakkan dada, seolah diri ini tiada harganya, sungguh menghinakan…, merasa terkhianati!.

Serangan-serangan tersebut memiliki potensi membuat hati terluka, teriris pedih. Namun saya katakan disini, mungkin buat sebagian orang potensi tersebut akan menjelma menjadi sebuah reaksi negatif yang akan kembali menyerang balik dengan kata-kata atau perlakuan yang lebih dahsyat efeknya. Yang tiada akan pernah berhenti untuk saling menyakiti. Duh, dimana gerangan kebahagiaan dan ketenangan itu berada…?.

Sudah saya katakan bahwa reaksi seperti diatas hanya buat sebagian orang yang secara emotional tidak dewasa, bukankah kita semua tahu bahwa saat ini sedang marak pengembangan kecerdasan emotional sebagai satu elemen kunci keberhasilan hidup disamping kecerdasan spiritual ?. (sudah baca ESQ-nya mas Ary? )

Bagi sebagian orang lain yang sudah memahami ‘emotional dan Spiritual Quotient” maka akan beda dalam menyikapi hal tersebut diatas. Untuk menyikapi ‘serangan’ diatas, maka kita akan memilih sikap untuk menahan diri dan berusaha memahami situasi dan emosional orang lain sehingga tidak akan keluar reaksi negatif.

Alangkah baiknya kita hadirkan tauladan dari sang guru dalam masalah ini. Ketika Rasulullah sedang sujud di depan kabah, tiba-tiba ada seorang quraisy yang dengki, menabur kotoran onta ke atas kepala rasulullah, bagaimana sikap rasulullah ?, rasulullah tidak memarahi orang tersebut, karena beliau tahu bahwa orang yang usil tersebut belum memahami apa yang rasul bawa. Kanjeng nabi dapat menata hatinya untuk bersikap terbaik.

Kemudian bagaimana sikap rasulullah kepada seorang kafir yang selalu meludahi kepalanya dari atas pohon, setiap subuh saat beliau akan ke masjid ?, nabi tidak mencak-mencak lalu menyumpahi orang tersebut, namun sebaliknya saat orang yang meludahi tersebut sakit beliau datang membawa buah tangan untuk menengoknya, sembari mendoakan agar lekas sembuh. Akhlak macam apa ini, kalau bukan karena pemahaman paripurna dalam menata hati.

Tiada yang membedakan kita dengan nabi Muhammad selain beliau Allah angkat menjadi nabi. Kita memiliki anggota badan sebagaimana rasulullah, kita pun memiliki hati yang berubah-ubah yang sama. Artinya kita dapat memiliki sikap dan akhlaq yang sama dengan nabi. Karena memang rasulullah diutus kemuka bumi ini untuk memperbaiki akhlaq dan tugas kita adalah untuk mencontohnya.

Positif thinking atau bahasa kerennya Husnudzon adalah kunci dalam bersikap untuk mengelola hati. Dalam menyikapi ‘serangan’ dari luar maka kita akan sebanyak mungkin mengumpulkan persangkaan-persangkaan yang baik terhadap lawan bicara kita. Mungkin dia sedang ada masalah di keluarga, atau mungkin usahanya bangkrut dan alasan lain yang menjadikan hati kita maklum dan memahami bahwa apa yang dikatakannya adalah bukan dalam rangka menyakiti kita.

Puncak dari ketinggian kecerdasan emosi (baca : akhlaq), adalah manakala kita memliki prinsip bahwa segala sesuatu akan ada perhitungannya di sisi Allah Al Hasiib ( sang maha penghitung). So kalau memang orang lain tersebut berniat buruk kepada kita, tidak usahlah kita membalas dengan keburukan pula, biarlah Allah yang akan membalasnya dan itu adalah sebaik-baik balasan. Selain dunia yang penuh dengan fitnah ini, masih ada pengadilan akherat yang maha adil.

Rugi rasanya hati yang satu-satunya ini harus di penuhi dengan sifat iri dengki penuh dendam kesumat, karena ketenangan batin tidak akan bercampur dengan yang seperti itu. Penuhilah hati kita dengan kelapangan dada, penuh ma’af, pemurah, damai, kasih sayang, selalu berprasangka baik, dan sifat ilahiah lain yang terangkum dalam asmaul husna.
Dengan begitu saya jamin kita akan tumbuh menjadi manusia yang merdeka dari penjajahan dan belenggu hati yang buruk. Dan akan menjadi hati yang tenang, sejuk dan damai, ‘hati yang tak pernah sakit hati’. Semoga

widoyo
--- sebanyak manfaat sebaik manusia ---