‘Dan pada harta benda mereka ada hak untuk orang miskin yang meninta dan orang miskin yang tidak meminta’ QS. 51 : 19
Nukilan ayat di atas aku ambil sebagai ayat pilihan versi ramadhan ini, sebuah ingatan kepada kita untuk berbagi, sebanyak apa kita bisa berbagi maka sebanyak itu pula Allah akan percaya kepada kita.
Pasti, sebagian besar dari kita berpikir bahwa maksud dari berbagi diatas adalah berbagi uang !, atau lebih luasnya berbagi harta kekayaan. ‘Agar harta itu tidak beredar dari segolongan kamu saja’.
Betul memang itu sebagian maksud dari redaksi diatas, namun alangkah bijaksananya jika kita memaknai berbagi tersebut dalam artian berbagi segalanya, dalam artian berbagi segala fasilitas yang Allah berikan kepada kita.
Kecerdasan, keahlian berbisnis, akses informasi, dan hal2 lain yang sejenis, itu semua adalah fasilitas dari Allah yang diberikan kepada kita, dan itu layak untuk kita sedekahkan kepada teman-teman yang saat ini belum beruntung.
Memberi kail lebih cerdas dibanding memberi ikan.
Kalau rumus ustadz Yusuf Mansyur bahwa dengan bersedekah harta kita menjadi semakin kaya ( sudah banyak yang membuktikan lho ), maka ketika kita berbagi ilmu pasti juga akan menambah khasanah berpikir kita, makin banyak kreatifitas dan ide-ide hebat dari semakin kayanya kita dengan pengalaman-pengalaman baru.
Jadi pada momen ramadhan nan mabruk ini mari kita berniat dan mengubah mindset kita mengenai berbagi, berbagilah tanpa reverse, tanpa pamrih.
Nukilan ayat di atas aku ambil sebagai ayat pilihan versi ramadhan ini, sebuah ingatan kepada kita untuk berbagi, sebanyak apa kita bisa berbagi maka sebanyak itu pula Allah akan percaya kepada kita.
Pasti, sebagian besar dari kita berpikir bahwa maksud dari berbagi diatas adalah berbagi uang !, atau lebih luasnya berbagi harta kekayaan. ‘Agar harta itu tidak beredar dari segolongan kamu saja’.
Betul memang itu sebagian maksud dari redaksi diatas, namun alangkah bijaksananya jika kita memaknai berbagi tersebut dalam artian berbagi segalanya, dalam artian berbagi segala fasilitas yang Allah berikan kepada kita.
Kecerdasan, keahlian berbisnis, akses informasi, dan hal2 lain yang sejenis, itu semua adalah fasilitas dari Allah yang diberikan kepada kita, dan itu layak untuk kita sedekahkan kepada teman-teman yang saat ini belum beruntung.
Memberi kail lebih cerdas dibanding memberi ikan.
Kalau rumus ustadz Yusuf Mansyur bahwa dengan bersedekah harta kita menjadi semakin kaya ( sudah banyak yang membuktikan lho ), maka ketika kita berbagi ilmu pasti juga akan menambah khasanah berpikir kita, makin banyak kreatifitas dan ide-ide hebat dari semakin kayanya kita dengan pengalaman-pengalaman baru.
Jadi pada momen ramadhan nan mabruk ini mari kita berniat dan mengubah mindset kita mengenai berbagi, berbagilah tanpa reverse, tanpa pamrih.
1 comment:
Berbagi dalam segala hal yang bermanfaat...
Terkadang TDB jadi pilihan karena debit informasi seseorang yang terbatas, positifnya posting waktu dan pikiran mereka lebih jelas (rata2 8 jam sehari untuk kerja). Jadi sisa waktu mereka bisa diagendakan ke aktifitas2 lain dengan lebih fokus (gak begitu mikirin kerjaanya). Memang hasil yang didapat seringkali kurang untuk memenuhi kebutuhan.Justru yang menjadi masalah adalah ketidakpastian kita akan tempat bekerja, sewaktu2 dapat di-PHK yang akhirnya dibenturkan dengan tidak adanya income untuk memenuhi kebutuhan. Banyak yang terlena dengan hal tsb, akhirnya malah menjadi beban saudara atau kerabat dan tumpulnya aktifitas amalnya. "Gap" atau celah inilah yang harusnya ditutup dengan TDA (menurut saya), besar kecilnya income harusnya jangan dipermasalahkan dulu tetapi yang penting telah terbukanya gerbang2 maisyah yang menunggu postingan waktu/tenaga/pikiran kita saat TDB tereliminasi dengan kebijakan tempat kita bekerja. Intinya harus dirintis dari awal, masalahnya terbatasnya informasi dan aset untuk akselerasi TDA. Disinilah sebenarnya peran teman2 yang telah lihai atau terbiasa TDA berbagi waktunya untuk sharing baik aset maupun informasi baik langsung maupun tidak langsung.Jadi BERBAGILAH sebelum mereka terpaksa meminta atau mereka tidak akan pernah minta karena izzah mereka. Saudara disekeliling kita saat ini mungkin belum butuh dibagi "uang/barang" tapi mungkin dia butuh waktu kita untuk informasi/pengetahuan/perhatian/kepedulian...
Mahalnya informasi saat ini membuat kita harus berhitung, padahal informasi=pengetahuan dan pengetahuan berbanding lurus dengan pola pikir dan perilaku seseorang. Kita lihat Indonesia yang bermimpi maju mengejar ketertinggalan, tetapi akses pengetahuan dan informasi amatlah mahal. Sistem dan anggaran belanja negara untuk pendidikan amat kecil dan cost informasi seperti internet yang merupakan portal pengetahuan sedunia hanya dapat dijangkau oleh 1% penduduk negara ini. Bandingkan dengan Korea dan Cina yang memiliki tarif internet broadband unlimited per bulan sekitar Rp.150.000,- di Indonesia paling murah Rp. 1.500.000,- itupun dibatasi besaran quota data. Siapa yang harusnya bertanggung jawab ...????
Jadi bisakah kita menjadi para TDA yang konsentrasi di sektor ini ??? Sampai saat ini belum ada, jadi pantaslah kita angkat sang Pahlawan Pembebas frekuensi 2 GHz "Onno W Purbo" sebagai mereka yang faham jalan tercepat mencerdaskan bangsa...
Post a Comment