Hari itu jam sembilan pagi, baru dua jam aku mengisi absen di ‘kantor pertamaku’, saat tiba-tiba hanphone pisangku berdering keras. Dari ahmad rupanya…
“assalamualaikum..” ahmad membuka dengan suara sumringah.
“waalaikum salam ada apa ni sepertinya kabar baik ya?” tembakku.
“yup, betul, ini aku mau ngasih kabar baik, tagihan kita ke perusahaan bang Tono sudah cair…”
“Alhamdulillah, semua atau sebagian?” kejarku.
“semua, tiga puluh delapan juta!”
“alhamdulillah, kalau gitu ntar malam kita rapat ya..?”
“boleh, di mana?”
“di tempatnya uwi aja”
“okeh, nanti langsung aja ya abis isya kita di tempat uwi”
“sip, ente kasih tahu si uwi ya mad” pintaku.
“oke, salamualaikum”
“walaikum salam”
klik, telepon di matikan.
Alhamdulillah, order pertama telah cair…berarti langkah awal ini bisa dapat untung sekitar tujuh jutaan. Lebih dari empat bulan gajiku. Kerja keras kita ternyata tidak sia-sia. Diawali dengan mencari barang kesana kemari, semua nomor telepon teman kita hubungi, searching di internet dan semua cara kita tempuh untuk mencari barang yang di cari bang Tono.
Dalam jangka waktu enam hari dari jangka waktu delapan hari yang di berikan bang Tono kita dapat menyediakan semua barang yang di butuhkan. Dengan negoisasi yang ketat dan melelahkan disertai keyakinan yang tinggi akhirnya semua sumber barang yang kita dapatkan mau di bayar belakangan setelah tagihan cair. Praktis rezeki awal ini kita tidak pake modal, cukup bermodal kata-kata dan nama baik saja. Alhamdulillah.
Setelah ashar selesai ku tunaikan, SMS masuk ke hpku, “wid ntar rapat di masjid ane aja, soalnya di rumah lagi ada acara”, dari uwi.
Masjid ini terkesan welcome kepada siapa saja yang mau mengambil keteduhannya. Pintunya terbuka lebar, berjendela banyak dan besar-besar dibiarkan terbuka. Siapapun yang berada di dalamnya yakin akan terasa nyaman karena aliran udara yang lancar. Bercatkan warna adem menambah kekhususkan setiap hamba Allah yang bersimpuh kepada-Nya. Ditambah lagi kreatifitas DKM yang baik membuat masjid ini tidak pernah sepi dari kegiatan. Setidaknya hal ini bisa di lihat di mading masjid yang menempelkan keanekaragaman acara yang di adakan di masjid, dari pengajian bapak-bapak, majlis taklim ibu-ibu, hingga remaja masjid yang ramai aktifitas.
Saat aku mengambil wudhu pun aku bisa melihat bagaimana mereka sangat memperhatikan kebersihan. Selayaknya semua DKM berlaku yang sama seperti ini. Bukankah Allah itu indah dan menyukai keindahan?.
Setelah selesai isya yang tadi di imami Uwi, kita bergerak ke ruang atas. Kita ambil posisi agak memojok agar dekat balkon, angin semilir sepoi yang mengundang kita untuk mengambil sudut itu.
“ini uangnya, tadi sudah aku ambil semua di bank” ahmad meletakkan bungusan coklat di antara kami bertiga.
“kenapa gak di simpan aja dulu, ntar biar gampang transfer ke nurnya?” tanyaku ke ahmad.
“sengaja bang, biar tangan kita masing-masing bisa memegang hasil jerih payah pertama kita” senyum khas ahmad tersungging di bibirnya. Senyum kebanggaan.
“ah bisa aja ente mad” Uwi menimpali.
“kalau gitu coba sini aku mau pegang…” kataku semangat sembari membuka bungkusan coklat tersebut. Tiga puluh delapan juta!.” Baru kali ini aku bisa melihat dan memegang uang tiga puluh delapan juta cash, ni wi ente pegang”
“ya sini aku pegang” uwi menjulurkan tangan kanannya.
“nah sekarang apa rencana kita dengan keuntungan kita ini?” Ahmad memulai diskusi.
“kita khan dapat untungnya sekitar tujuh jutaan ni, kalau menurut ente gimana mad?” uwi kembali melempar bola.
“kalau menurut aku sih mending uang ini kita jadikan modal lagi, kita gak perlu mengambil keuntungan diawal, nanti aja kalau perusahaan kita sudah seatle, baru kita bisa ambil untung, gimana bang?” Ahmad melembar bola kepadaku.
“bagus gitu, kita gak usah ambil untung , prihatin aja, yang penting perusahaan kita berdiri dulu, sekarang tinggal kita sepakati uangnya kita mau pake buat apa?” jawab dan tanyaku.
“aku punya pemikiran begini, kita tahu kalau calon pelanggan kita bukanlah perorangan, tapi perusahaan besar yang adanya di daerah thamrin dan sudirman, minimal mereka semua ada di perkantoran daerah Jakarta, dan mereka sangat memperhatikan keberadaan perusahaan calon mitranya” jelas ahmad.
“maksud ente gimana mad?” uwi gak sabar.
“begini, kita pake uang ini buat sewa kantor di daerah sudirman atau thamrin, biar kelihatan bonafid, gimana?”
“yang bener mad, mana cukup, tujuh juta buat sewa gedung di daerah elit begitu?” kataku menyanggah.
“jangan ente piker kita sewa satu gedung atau satu lantai di sana, pasti gak akan cukup. Alhamdulilah kemarin aku dapat info dari temen bisnisku, kalau di plasa mandiri ada yang nyewain alamat bulanan, jadi kita gak sewa ruangan, tapi sewa alamat aja, istilah kerennya virtual office. Nanti kita akan di berikan no telepon yang kalau pelanggan kita menelpon akan di jawab dengan jawaban yang kita inginkan, menarik khan?” ahmad penuh semangat.
‘fantastis, mantab tu ide, gimana bang?” tanya Uwi kepadaku.
“ya boleh itu ide brilian, nantinya di kartu nama kita akan tertulis alamat plasa mandiri jalan gatot subroto. Cukup berkelas!”
“trus mad, kalau nanti ada pelanggan kita yang mau datang gimana?” uwi menginginkan jawaban segera.
“gampang itu bisa di atur, mereka juga menyewakan ruangan yang bisa kita sewa harian” ahamd tersenyum.
“ ada aja ya orang punya ide” kataku “ disaat orang membutuhkan tempat yang representatif mereka menyediakan”.
“ya udah kapan kita kesana mad” uwi lagi.
“kalau ente bisa besok sabtu kita kesana, aku dah janji jam sepuluhan, besok ente berdua bisa khan?”
“bisa insyaAllah” kataku, kalau uwi pasti bisa karena dia memang libur.
“oh ya kita sepertinya melupakan sesuatu dech.” Uwi tiba-tiba.
“apaan wi” ahmad penasaran.
“jangan lupa dari tujuh juta keuntungan kita di sisihkan zakatnya ya?”
“Astaghfirullah.. hampir aja kita lupa, itu yang harusnya kita potong di awal” kataku
“oke dech ntar kita sisihkan duasetengah persennya” ahmad senang.
Langit yang cerah tanpa selembarpun awan malam itu menemani kami ‘rapat komisaris’ dan dinginnya udara malam itu membuat kita harus memesan mi rebus sampai dua kali, ditambah gorengan dari uwi dan kerupuk yang tadi kubeli saat berangkat dari kantor.
Bulan purnama yang malam itu terlihat penuh tanpa cela, turut juga berbahagia bersama kami, seolah dia berkata teruskan perjuangan, aku selalu setia menjagamu dikala engkau bersyukur kepada yang memberimu penghidupan.
Asyiknya diskusi membuat kami lupa waktu, sampai dentang jam dinding di masjid itu berbunyi satu kali. Karena sudah jam satu malam, setelah kita sholat malam, aku dan ahmad memutuskan mabit di masjid yang indah itu. Untuk besoknya kita ke plasa mandiri meretas harapan yang semakin terbuka lebar. Alhamdulillah.
“assalamualaikum..” ahmad membuka dengan suara sumringah.
“waalaikum salam ada apa ni sepertinya kabar baik ya?” tembakku.
“yup, betul, ini aku mau ngasih kabar baik, tagihan kita ke perusahaan bang Tono sudah cair…”
“Alhamdulillah, semua atau sebagian?” kejarku.
“semua, tiga puluh delapan juta!”
“alhamdulillah, kalau gitu ntar malam kita rapat ya..?”
“boleh, di mana?”
“di tempatnya uwi aja”
“okeh, nanti langsung aja ya abis isya kita di tempat uwi”
“sip, ente kasih tahu si uwi ya mad” pintaku.
“oke, salamualaikum”
“walaikum salam”
klik, telepon di matikan.
Alhamdulillah, order pertama telah cair…berarti langkah awal ini bisa dapat untung sekitar tujuh jutaan. Lebih dari empat bulan gajiku. Kerja keras kita ternyata tidak sia-sia. Diawali dengan mencari barang kesana kemari, semua nomor telepon teman kita hubungi, searching di internet dan semua cara kita tempuh untuk mencari barang yang di cari bang Tono.
Dalam jangka waktu enam hari dari jangka waktu delapan hari yang di berikan bang Tono kita dapat menyediakan semua barang yang di butuhkan. Dengan negoisasi yang ketat dan melelahkan disertai keyakinan yang tinggi akhirnya semua sumber barang yang kita dapatkan mau di bayar belakangan setelah tagihan cair. Praktis rezeki awal ini kita tidak pake modal, cukup bermodal kata-kata dan nama baik saja. Alhamdulillah.
Setelah ashar selesai ku tunaikan, SMS masuk ke hpku, “wid ntar rapat di masjid ane aja, soalnya di rumah lagi ada acara”, dari uwi.
Masjid ini terkesan welcome kepada siapa saja yang mau mengambil keteduhannya. Pintunya terbuka lebar, berjendela banyak dan besar-besar dibiarkan terbuka. Siapapun yang berada di dalamnya yakin akan terasa nyaman karena aliran udara yang lancar. Bercatkan warna adem menambah kekhususkan setiap hamba Allah yang bersimpuh kepada-Nya. Ditambah lagi kreatifitas DKM yang baik membuat masjid ini tidak pernah sepi dari kegiatan. Setidaknya hal ini bisa di lihat di mading masjid yang menempelkan keanekaragaman acara yang di adakan di masjid, dari pengajian bapak-bapak, majlis taklim ibu-ibu, hingga remaja masjid yang ramai aktifitas.
Saat aku mengambil wudhu pun aku bisa melihat bagaimana mereka sangat memperhatikan kebersihan. Selayaknya semua DKM berlaku yang sama seperti ini. Bukankah Allah itu indah dan menyukai keindahan?.
Setelah selesai isya yang tadi di imami Uwi, kita bergerak ke ruang atas. Kita ambil posisi agak memojok agar dekat balkon, angin semilir sepoi yang mengundang kita untuk mengambil sudut itu.
“ini uangnya, tadi sudah aku ambil semua di bank” ahmad meletakkan bungusan coklat di antara kami bertiga.
“kenapa gak di simpan aja dulu, ntar biar gampang transfer ke nurnya?” tanyaku ke ahmad.
“sengaja bang, biar tangan kita masing-masing bisa memegang hasil jerih payah pertama kita” senyum khas ahmad tersungging di bibirnya. Senyum kebanggaan.
“ah bisa aja ente mad” Uwi menimpali.
“kalau gitu coba sini aku mau pegang…” kataku semangat sembari membuka bungkusan coklat tersebut. Tiga puluh delapan juta!.” Baru kali ini aku bisa melihat dan memegang uang tiga puluh delapan juta cash, ni wi ente pegang”
“ya sini aku pegang” uwi menjulurkan tangan kanannya.
“nah sekarang apa rencana kita dengan keuntungan kita ini?” Ahmad memulai diskusi.
“kita khan dapat untungnya sekitar tujuh jutaan ni, kalau menurut ente gimana mad?” uwi kembali melempar bola.
“kalau menurut aku sih mending uang ini kita jadikan modal lagi, kita gak perlu mengambil keuntungan diawal, nanti aja kalau perusahaan kita sudah seatle, baru kita bisa ambil untung, gimana bang?” Ahmad melembar bola kepadaku.
“bagus gitu, kita gak usah ambil untung , prihatin aja, yang penting perusahaan kita berdiri dulu, sekarang tinggal kita sepakati uangnya kita mau pake buat apa?” jawab dan tanyaku.
“aku punya pemikiran begini, kita tahu kalau calon pelanggan kita bukanlah perorangan, tapi perusahaan besar yang adanya di daerah thamrin dan sudirman, minimal mereka semua ada di perkantoran daerah Jakarta, dan mereka sangat memperhatikan keberadaan perusahaan calon mitranya” jelas ahmad.
“maksud ente gimana mad?” uwi gak sabar.
“begini, kita pake uang ini buat sewa kantor di daerah sudirman atau thamrin, biar kelihatan bonafid, gimana?”
“yang bener mad, mana cukup, tujuh juta buat sewa gedung di daerah elit begitu?” kataku menyanggah.
“jangan ente piker kita sewa satu gedung atau satu lantai di sana, pasti gak akan cukup. Alhamdulilah kemarin aku dapat info dari temen bisnisku, kalau di plasa mandiri ada yang nyewain alamat bulanan, jadi kita gak sewa ruangan, tapi sewa alamat aja, istilah kerennya virtual office. Nanti kita akan di berikan no telepon yang kalau pelanggan kita menelpon akan di jawab dengan jawaban yang kita inginkan, menarik khan?” ahmad penuh semangat.
‘fantastis, mantab tu ide, gimana bang?” tanya Uwi kepadaku.
“ya boleh itu ide brilian, nantinya di kartu nama kita akan tertulis alamat plasa mandiri jalan gatot subroto. Cukup berkelas!”
“trus mad, kalau nanti ada pelanggan kita yang mau datang gimana?” uwi menginginkan jawaban segera.
“gampang itu bisa di atur, mereka juga menyewakan ruangan yang bisa kita sewa harian” ahamd tersenyum.
“ ada aja ya orang punya ide” kataku “ disaat orang membutuhkan tempat yang representatif mereka menyediakan”.
“ya udah kapan kita kesana mad” uwi lagi.
“kalau ente bisa besok sabtu kita kesana, aku dah janji jam sepuluhan, besok ente berdua bisa khan?”
“bisa insyaAllah” kataku, kalau uwi pasti bisa karena dia memang libur.
“oh ya kita sepertinya melupakan sesuatu dech.” Uwi tiba-tiba.
“apaan wi” ahmad penasaran.
“jangan lupa dari tujuh juta keuntungan kita di sisihkan zakatnya ya?”
“Astaghfirullah.. hampir aja kita lupa, itu yang harusnya kita potong di awal” kataku
“oke dech ntar kita sisihkan duasetengah persennya” ahmad senang.
Langit yang cerah tanpa selembarpun awan malam itu menemani kami ‘rapat komisaris’ dan dinginnya udara malam itu membuat kita harus memesan mi rebus sampai dua kali, ditambah gorengan dari uwi dan kerupuk yang tadi kubeli saat berangkat dari kantor.
Bulan purnama yang malam itu terlihat penuh tanpa cela, turut juga berbahagia bersama kami, seolah dia berkata teruskan perjuangan, aku selalu setia menjagamu dikala engkau bersyukur kepada yang memberimu penghidupan.
Asyiknya diskusi membuat kami lupa waktu, sampai dentang jam dinding di masjid itu berbunyi satu kali. Karena sudah jam satu malam, setelah kita sholat malam, aku dan ahmad memutuskan mabit di masjid yang indah itu. Untuk besoknya kita ke plasa mandiri meretas harapan yang semakin terbuka lebar. Alhamdulillah.
1 comment:
Selamat untuk actionnnya ya akh.. kl boleh kasi saran.
1. Nggak perlu sewa virtual office dulu. Untuk perusahaan dgn volume dibawah 10M setahun, client masih maklum kok kl kita msh beralamat kantor di rumah asal alamatnya jelas aja
2. No kontak bs pake flexi, lebih jelas menunjukkan keberadaan kita, bebas ditenteng kemana2. Satu lagi sinyalnya cukup bagus untuk always connected
3. Perbanyak "leads". Ini perlu. Agar ditargetkan brp leads yg diinginkan di minggu / bulan / periode ini.
4. Laba boleh doong dinikmati.. saya biasa bagi2 laba bisnis per 3bulan. Laba yg dibagi max 40-60%. Sisanya buat nambah modal/ asset kantor.
Semoga sukses & berkah akhi..salam kiki
www.sepatubandung.com
Post a Comment