Monday, March 23, 2009

awal sebuah bisnis ( 5 )

gedung itu berada tidak di jalan utama jakarta, MH thamrin atau sudirman. Gedung itu berada di jalan kebon sirih, kalau dari gedung PBB menuju monas kita belok kanan di perempatan depag-BI, sekitar 200 meter dari jln MH Thamrin. Aku gak sempat menghitung berapa lantai gedung itu, gedung itu lebih pendek dibanding monas, tapi lebih tinggi jika di banding sarinah.
lokasinya agak ngumpet, karena untuk menuju gedung ini saja kita harus melewati pintu gerbang yang berdempetan dengan gedung lain, kalau kata temen-temen tionghoa lokasi gedung ini hoki dalam artian ngantong, pintu masuknya sempit tapi di dalamnya longgar. Filosofi mereka mengatakan kalau rezeki sudah masuk maka keluarnya susah!.

Hal ini aku dapatkan ketika dulu mencoba jadi makelar tanah dan ketemu sama wak haji di daerah bintaro yang punya tanah beberapa lokal.

jam tangan yang kubeli sejak gajian pertama di tangan kiriku, sudah menunjukkan 12.20 WIB.

"mad kita dhuhur dulu ya?"

"Okeh, lagian pasti mereka sedang istirahat, kalau perlu ntar abis solat kita cari makan dulu, perut dah minta haknya nich!" ahmad sambil tangan kirinya memegangi perut.

"akur" kataku sambil tersenyum mantap.

Masjid megah tersebut berada tepat di samping gedung utama. tidak seperti gedung-gedung lain di jakarta. pemilik gedung ini amat memperhatikan keberadaan masjid. buktinya selain besar masjid ini amat bersih. petugas cleaning service-nya dengan tekun akan membersihkan toilet, tidak lama setelah kita menggunakannya. seolah sang pemilik gedung ini khawatir dengan ancaman kanjeng nabi muhammad, terkutuklah yang rumahnya lebih bagus dibanding masjidnya.

hebat lagi adalah sekumpulan ibu-ibu di jakarta yang saya lupa apa nama perkumpulannya. Mereka mengorganisir gerakan mukena bersih di masjid/musholla perkantoran. karena memang kondisi tempat atau mukena sholat kita kurang terawat. sungguh mulia niat baik mereka, semoga Allah membalas akibat keikhlasan mereka.

****8****

"alhamdulillah..." kataku " kalau dah rezeki, gak kemana ya mad, barang-barang yang dibutuhkan bang tono itu gampang carinya".

"coba lihat catatan ente tadi, apa aja yang dicari perusahaannya bang tono"ahmad menjulurkan tangannya.

"besok pagi kita ke tempatnya nur aja, perusahaan dia jual barang yang di cari bang tono, semoga aja barangnya ready stok" kataku sambil mencoba mencari nomor hp nur.

****8****

keesokan harinya.
sudah 30 menit aku menunggu bis yang ke arah lenteng agung, tapi kok belum datang juga. wah gawat ni mana penawaran harus di serahkan maksimal jam dua siang ini. pagi ini walaupun cerah, namun tidak secerah kondisi hatiku. semalam karena ada perbaikan di remote banjarmasin, membuatku tidak tidur semalaman. pagi ini aku harus mengejar waktu ke 'kantor' keduaku.

akhirnya kuputuskan ngeteng. naik bus jurusan kampung rambutan, turun di cawang atas, lalu sambung kereta pikirku.

KRL di stasiun cawang yang penuh muatan tersebut berteriak-teriak, seolah mengejek kepanikanku atas bimbangnya antara menjaga nama baik dan waktu yang mepet.

kupaksakan diri ini memasuki KRL yang sudah berjubel tersebut. untuk sebuah harapan baru tidak apalah berpeluh keringat. sialnya rasa kantukku tidak mau kompromi, serangan kantuk maha berat menggelayuti kelopak mataku. karuan saja tangan kananku satu-satunya yang diandalkan, karena tidak ada lagi kursi yang berbaik hati menyilahkan betis ini untuk beristirahat.

cuek saja apa kata orang, yang penting bisa memejamkan mata, walaupun kadang harus terkaget-kaget saat tersenggol pedagang asongan yang gak mau tahu, kalau diri ini sedang butuh istirahat.

tiba-tiba nokia pisangku berdering, sms masuk. Ahmad mengabarkan rapat di rumahnya saja, lebih santai begitu sms mengabarkan. untung belum turun dari kereta. untuk menuju rumah ahmad perlu melewati 2 stasiun lagi dari tanjung barat.

rumah ahmad agak masuk masuk ke dalam gang, aku lupa nama gangnya. agak jauh dari jalan raya, yang pasti rumah itu sudah jadi miliknya. rumah itu di bagi dua, satu bagian dijadikan tempat tinggal satu bagian lain dijadikan wartel. dasar pikiran pengusaha, gak boleh liat peluang langsung disikat. itung-itung nombokin bayar listrik dan nambah dapur ngepul, begitu alasan ahmad ketika ku tanya kenapa pasang wartel juga di rumahnya.
Dengan keahliannya menyeting alat wartel, maka kontan artelnya gak pernah sepi pengunjung. para penyuka wartel itu akan menjawab kenapa pilih wartel disini, ' harganya lebih murah!'. menjadi hukum alam memang, dengan kualitas yang sama maka harga menjadi senjata ampuh untuk bersaing. siapa yang berani untung sedikit tanpa mengurangi kualitas dan kenyamanan pelanggan maka dialah sang juara. tinggal di tunggu saja keuntungan akan berlimpah. Berilah orang lain keuntungan diawal, kelak kita akan mendapat keuntungan yang lebih besar. ini mirip dengan konsep sedekah. bersedekahlah maka kau akan berlimpah kekayaan disebabkan kepercayaan Tuhan terhadapmu.


No comments: