“ Kamu sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukanNya dengan suatupun dan berbuat baiklah kepada ibu bapa,karib kerabat,anak yatim,orang-orang miskin,tetangga yang dekat dan tetangga yang yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan kepada hamba sahaya kamu”. (Surat An-Nisa’, ayat 36)
A. Berbuat baik
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah sebaik-baik manusia kepada sahabatnya, dan sebaik-baik tetangga adalah orang yang paling baik terhadap tetangganya”. (HR. Ahmad dan at-Tirmidzi)
Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya dia berbuat baik pada tetangganya." (Diriwayatkan oleh Imam Muslim no: 48 dalam kitab al Iman. Kitab Syarah Riyadhush Shalihin V/207-208)
Rasulullah bersabda, "Demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman!" Kemudian beliau ditanya, "Siapa, wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Orang yang tetangganya tidak aman dari kejelekannya (kejahatannya)." (Diriwayatkan oleh Al Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain Beliau bersabda, "Tidak akan masuk surga orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya (kejelekannya)." (Diriwayatkan oleh Muslim no: 47 dalam Kitab Al Iman)
Rasulullah pernah ditanya tentang dosa-dosa besar di sisi Allah. Beliau menyebutkan tiga macam: "Menjadikan Allah sebagai tandingan padahal Dialah yang menciptakan kita, membunuh anak karena takut dia akan makan harta kita dan menzinai istri tetangga."
Dalam hadits lain disebutkan: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah menyakiti tetangga."
Pernah ada seorang lelaki datang menemui Rasulullah, lalu berkata, "Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku suatu amalan yang apabila aku mengerjakannya akan memasukkanku ke dalam surga." Beliau pun berkata, "Jadilah engkau orang yang muhsin (selalu berbuat baik)." Dia bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana saya mengetahui bahwa saya adalah orang muhsin (yang berbuat baik)?" Beliau menjawab, "Tanyalah tetanggamu, jika mereka mengatakan kamu adalah orang yang baik, maka kamu adalah orang yang baik; sebaliknya jika mereka mengatakan engkau adalah orang yang jelek maka engkau adalah orang yang jelek." (Diriwayatkan oleh Al Baihaqi dari Abu Hurairah)
B. Menutupi aib
“Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan di Akhirat.” (HR. Muslim).
D. Bersabar
Hendaknya seorang muslim bersabar dari gangguan tetangganya, walaupun tetangganya itu kafir.
Diriwayatkan dari Sahl bin Abdullah At-Tastari bahwa dia mempunyai seorang tetangga yang kafir. Tetangganya itu mempunyai jamban yang telah penuh sehingga kotorannya meluap ke rumahnya. Sedangkan Sahl setiap hari harus meletakkan bejana untuk menampung luapan kotoran dari jamban orang majusi itu. Dan di malam harinya dia membuang kotoran tersebut agar tidak ada orang yang melihatnya. Beliau hidup dalam keadaan seperti ini dalam waktu yang lama sampai menjelang kematiannya. Suatu hari dia memanggil tetangganya itu dan berkata, "Masuklah ke rumah dan lihatlah apa yang ada di dalamnya!" Lalu, masuklah tetangganya dan melihat tumpahan kotoran dari rumahnya jatuh ke dalam bejana dan seketika itu dia berkata, "Hah, apa yang aku lihat ini?" Berkatalah Sahl, "Ini sudah berlangsung sejak lama. Kotoran ini jatuh dari rumahmu masuk ke rumahku ini, dan aku menampungnya di siang hari kemudian aku buang di waktu malam. Kalaulah bukan karena sudah dekat kematianku, dan kalaulah aku tidak takut sepeninggalku nanti orang-orang tidak bisa sabar dengan kejadian ini, niscaya tidak akan aku khabarkan hal ini kepadamu dan akan tetap aku biarkan hal ini terus terjadi." Berkatalah orang majusi itu, "Wahai Syaikh, engkau bersikap kepadaku semacam ini dalam waktu yang lama sementara aku tetap di atas kekufuranku. Ulurkan tanganmu, karena aku sekarang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah."
C. Berbagi
Ibnu Umar pernah mempunyai tetangga seorang Yahudi. Apabila menyembelih kambing beliau berkata, "Berilah tetangga kita yang Yahudi itu dagingnya."
Sikap Amirul Mu'minin Umar bin Al-Khaththab ketika terjadi persengketaan antara Muhammad bin Maslamah dan tetangganya. Tetangganya itu melarang Muhammad bin Maslamah mengalirkan air melalui kebunnya. Lalu keduanya melapor kepada Umar. Umar berkata: "Demi Allah, jika kamu melarang dia mengalirkan air melalui kebunmu, niscaya aku akan mengalirkan air tersebut melalui perutmu."
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah disebutkan bahwasanya Nabi bersabda: "Tidak boleh seseorang melarang tetangganya menancapkan kayu ke dinding rumahnya."
Oleh karena itu, Abu Hurairah pernah berkata, "Aku melihat kalian tidak mau mematuhi sunnah ini. Demi Allah, bila demikian, aku akan menancapkannya ke bahu kalian!"
Hadits diambil dari buku AL Gozali :
Nabi bersabda :
“Apakah kamu mengetahui, apa hak bertetangga?
Yaitu, kalau ia minta toong kepadamu, kamu harus menolongnya,
Kalau ia meminta bantuan kepadamu, kamu harus membantunya,
Kalau ia ingin berhutang kepadamu, kamu harus menghutanginya semampumu
Kalau ia fakir kamu harus mengutamakannya dengan pemberian,
Kalau ia sakit kamu harus menjenguknya,
Kalau ia meninggal dunia kamu harus menjenguknya,
Kalau ia mendapat kebaikan kamu harus mengucapkan selamat kepadanya
Dan bila ia tertimpa bencana kamu harus menghiburnya
Janganlah kamu meninggikan bangunan rumahmu sehingga menghalangi angina kerumahnya, kecuali mendapat izin darinya, dan jangan kamu menyakitinya
Apabila kamu membeli buah-buahan lebihkanlah untuk tetanggamu, kalau tidak melakukannya, maka masukanlah buah-buahan itu kerumahmu dengan sembunyi-sembunyi dan laranglah anak2mu membawa dan memakannya di luar rumah, agar anak-anak tetanggamu tidak melihatnya.
Dan janganlah kamu menyakitinya dengan bau masakanmu, kecuali kamu mengambil sedikit dariisi belanga itu untuknya.
di tulis ulang dari berbagi sumber.....
Saturday, August 29, 2009
Friday, August 28, 2009
kita semua akan tua dan akan segera ........!
belum lama saya kehilangan seorang paman yang baru berusia 45 tahun, beberapa minggu lewat seorang tetangga meminta keterangan meninggal untuk orang tuanya yang seorang ustadz. Kemarin dahulu ada seorang kawan lebih muda dua tahun di bawahku menuju surga. dua tiga tahun lalu simbah yang dulu nggendong daku di kala kecil meninggal di usia 89 tahun. lima tahun silam kami di tinggalkan seorang aktifis muda yang merelakan ruhnya keatas, setelah motor yang di tumpanginya terseret taksi, saat dia akan menghadiri pengajian Aa' Gym di Istiqlal. belum lama kita juga melihat bagaimana seorang penguasa negara indonesia yang di segani pada saat pemerintahannya harus merelakan seluruh harta dan anak-anaknya menangisi kepergiannya.
mati, wafat, meninggal, tewas apapun itu namanya adalah sebuah kepastian yang waktunya sudah di tetapkan di Lauhil mahfudz sana. Sebagaimana Allah sudah memastikan siapa gerangan jodoh dan seberapa banyak jatah rezeki kita.
kalau kemarin orang tua, nenek atau paman, mungkin besok atau lusa adalah waktu untuk anak, sepupu, teman atau bahkan kita mendapatkan gilirannya untuk melepaskan segala kewajiban di muka bumi ini.
saat ini bolehlah kita membanggakan kecantikan atau ketampanan kita, tapi berapa lamakah itu akan bertahan, saya pernah melihat foto seorang nenek di saat mudanya, cantik sekali, seandainya saya tidak mengetahui bahwa nenek disamping adalah orang yang di foto itu maka mungkin libido kelelakian saya akan bereaksi. kita semua akan tua dan pada akhirnya akan mengakhiri tugas kekhalifahan yang Allah sematkan kepada kakek buyut Adam.
mari kita dengarkan secara perlahan lirik bait syahdu 'masih ada waktu' nya Ebiet G Ade berikut ini :
bila masih mungkin kita menorehkan bakti
atas nama jiwa dan hati tulus ikhlas
mumpung masih ada kesempatan buat kita
mengumpulkan bekal perjalanan abadi
kita pasti ingat waktu tragedi yang memilukan
kenapa harus mereka yang terpilih menghadap
tentu ada hikmah yang harus kita petik
atas nama jiwa bagi mari heningkan cipta
kita mesti bersyukur bahwa kita masih di beri waktu
entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung
hanya atas kasihNya hanya atas kehendakNya
kita masih bertemu matahari
kepada rumpun ilalang kepada bintang gemintang
kita dapat mencoba meminjam catatanNya
sampai kapan kah gerangan
waktu yang masih yang tersisa
semuanya mengeleng semuanya terdiam
semuanya menjawab tak mengerti
yang terbaik hanyalah segeralah bersujud
mumpung kita masih di beri waktu
...................................................................................
ku tulis sesaat setelah subuh tadi melihat
segerombolan nenek yang ngobrol di teras masjid...
8rmdn1430h*gambar pak harto diambil dari tempe.wordpress.com/hasil pencarian dr mbah google
Thursday, August 27, 2009
lebih berasa klu merasakan sendiri...
alhamdulillah satu lagi pelajaran kudapatkan....
setiap bicara kepada orang yang minta pencerahan tentang keikhlasan dalam bisnis, aku akan lancar menjelaskan karena pernah mengalami dan berhasil (kalau bisa dikatakan seperti itu) mengatasi rasa gundah gulana. Kok seperti ini ya? apa yang salah? bisa membalikan keadaan gak ya? dan pertanyaan2 lain untuk menguji kebenaran suatu 'kejatuhan'.
Dahulu aku pernah mengalami kebangkrutan (bahasanya di-ekstrem-min) beberapa usaha yang beberapa tahun sebelumnya menguntungkan. dahulu pernah juga kehilangan momentum keuntungan ratusan juta rupiah. Dahulu aku juga pernah di bohongi orang yang pada awalnya mengemis (bahasanya di ekstrem-min lagi) agar aku mau berbisnis dengannya.
Dahulu dan dahulu sudah banyak mengalami pahit manis dalam sebuah bisnis. namun selalu saja ada kepahitan lain yang hadir walaupun kita sudah hati-hati lan waspodo. Namun aku yakin segala rasa pahit yang Allah hidangkan itu layaknya seperti jamu yang dahulu simbok sodorkan kepadaku agar kedepannya raga ini bugar dan sehat.
selalu boleh kita mengalami shock disaat2 awal kita mendengar berita buruk itu, namun kita harus sadar akan skenario Allah, ingat saja manajemen tawakal yang ku gubah ;
"kalau kita sudah menjalankan maunya Allah, lalu berikhtiar secara maksimal, kemudian kita sudah berdoa, maka tidak ada alasan untuk takut terhadap kehidupan dan kematian ".
beberapa saat setelah minum jamu rasa getir dan pahitnya masih berasa di lidah kita, namun dengan berjalannya waktu setelah mulut kita bereaksi terhadap makanan lain yang kita kunyah, maka secara perlahan rasa tidak enak itu akan hilang dengan sendirinya dan efeknya akan memompa darah kita untuk lebih bersemangat memberi energi bagi setiap unsur tubuh kita bekerja lebih produktif.
Disaat kita kehilangan sesuatu yang berharga dari kita (baca : modal bisnis kita) sesungguhnya itu semua hanya sebuah ilusi yang ada di buku-buku bisnis kita. tak perlulah dirisaukan terlalu jauh. toh kita masih memiliki istri yang mendukung kita, alhamdulillah masih ada anak-anak yang selalu mendoakan, masih punya orang tua yang ingat kita di saat-saat tahajudnya.
teman-teman di kantor juga masih membalas senyum kita, rekan-rekan jamaah masjid masih disamping kita saat taraweh. oh apa rupanya yang hilang? bukankah yang kita bilang modal kerja kita itu juga adalah sebuah pemberian Allah dari banyaknya pemberian-Nya yang lain? mengapa kita harus merisaukan sesuatu yang awalnya bukan milik kita ?!. astaghfirullah...
Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk menyesali segala sesuatu yang sudah di gariskan Allah. cukup bagi kita sebagai hamba, mensyukuri dari setiap apa yang Allah karuniakan dan bersabar atas segala apa yang Allah uji terhadap kita. sesungguhnya Allah rindu terhadap tangisan dan rengekan kita di sepinya malam, sudahkah?.
......................................................................................................
di meja kerja saat hati ini butuh lebih dari sekedar ketabahan.
tujuh ramadhan empat belas tiga puluh hijriyah
Subscribe to:
Posts (Atom)