alhamdulillah satu lagi pelajaran kudapatkan....
setiap bicara kepada orang yang minta pencerahan tentang keikhlasan dalam bisnis, aku akan lancar menjelaskan karena pernah mengalami dan berhasil (kalau bisa dikatakan seperti itu) mengatasi rasa gundah gulana. Kok seperti ini ya? apa yang salah? bisa membalikan keadaan gak ya? dan pertanyaan2 lain untuk menguji kebenaran suatu 'kejatuhan'.
Dahulu aku pernah mengalami kebangkrutan (bahasanya di-ekstrem-min) beberapa usaha yang beberapa tahun sebelumnya menguntungkan. dahulu pernah juga kehilangan momentum keuntungan ratusan juta rupiah. Dahulu aku juga pernah di bohongi orang yang pada awalnya mengemis (bahasanya di ekstrem-min lagi) agar aku mau berbisnis dengannya.
Dahulu dan dahulu sudah banyak mengalami pahit manis dalam sebuah bisnis. namun selalu saja ada kepahitan lain yang hadir walaupun kita sudah hati-hati lan waspodo. Namun aku yakin segala rasa pahit yang Allah hidangkan itu layaknya seperti jamu yang dahulu simbok sodorkan kepadaku agar kedepannya raga ini bugar dan sehat.
selalu boleh kita mengalami shock disaat2 awal kita mendengar berita buruk itu, namun kita harus sadar akan skenario Allah, ingat saja manajemen tawakal yang ku gubah ;
"kalau kita sudah menjalankan maunya Allah, lalu berikhtiar secara maksimal, kemudian kita sudah berdoa, maka tidak ada alasan untuk takut terhadap kehidupan dan kematian ".
beberapa saat setelah minum jamu rasa getir dan pahitnya masih berasa di lidah kita, namun dengan berjalannya waktu setelah mulut kita bereaksi terhadap makanan lain yang kita kunyah, maka secara perlahan rasa tidak enak itu akan hilang dengan sendirinya dan efeknya akan memompa darah kita untuk lebih bersemangat memberi energi bagi setiap unsur tubuh kita bekerja lebih produktif.
Disaat kita kehilangan sesuatu yang berharga dari kita (baca : modal bisnis kita) sesungguhnya itu semua hanya sebuah ilusi yang ada di buku-buku bisnis kita. tak perlulah dirisaukan terlalu jauh. toh kita masih memiliki istri yang mendukung kita, alhamdulillah masih ada anak-anak yang selalu mendoakan, masih punya orang tua yang ingat kita di saat-saat tahajudnya.
teman-teman di kantor juga masih membalas senyum kita, rekan-rekan jamaah masjid masih disamping kita saat taraweh. oh apa rupanya yang hilang? bukankah yang kita bilang modal kerja kita itu juga adalah sebuah pemberian Allah dari banyaknya pemberian-Nya yang lain? mengapa kita harus merisaukan sesuatu yang awalnya bukan milik kita ?!. astaghfirullah...
Sebenarnya tidak ada alasan bagi kita untuk menyesali segala sesuatu yang sudah di gariskan Allah. cukup bagi kita sebagai hamba, mensyukuri dari setiap apa yang Allah karuniakan dan bersabar atas segala apa yang Allah uji terhadap kita. sesungguhnya Allah rindu terhadap tangisan dan rengekan kita di sepinya malam, sudahkah?.
......................................................................................................
di meja kerja saat hati ini butuh lebih dari sekedar ketabahan.
tujuh ramadhan empat belas tiga puluh hijriyah
No comments:
Post a Comment