Bisnis, apapun bentuknya membutuhkan kerja sama dengan orang lain, tidak mungkin kita berbisnis tanpa melibatkan orang lain, untuk mendirikan sebuah usaha baru ataupun untuk menjual suatu barang absolut kita membutuhkan peran orang lain.
Oleh karena itulah maka manusia di sebut juga sebagai makhluq sosial, makhluk yang membutuhkan keberadaan orang lain.
Untuk mengikat kerja sama tersebut maka di lahirkan sejumlah kesepakatan, yang entah secara lisan ataupun tertulis, kanjeng nabi memberikan arahan apabila suatu perjanjian berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka sebaiknya di buat perjanjian dalam bentuk tertulis.
Saat memulai sebuah usaha, maka yang pertama kali diperhatikan adalah azas saling percaya, tidak akan terjalin sebuah bisnis bila rasa saling percaya tidak ada. Tidak mungkin seorang pembeli mau membeli daging sapi bila ia tidak yakin bahwa yang di belinya adalah daging sapi.
Hatta seorang yang menginvestasikan sejumlah uangnya kepada seseorang, maka yang pertama kali harus di miliki sang investor adalah dia percaya dengan yang mengelola uangnya, dia yakin bahwa uangnya akan berputar di tangan sang ahli. Sebuah malapetaka besar apabila sang pengelola mengkhianati kepercayaan investor.
Kerugian yang di tanggung sang investor tidak seberapa dibandingkan dengan kerugian si pengelola. Investor yang kehilangan sejumlah uangnya dapat di gali dari sumber lain, namun bagaimana sang pengelola mau mendapat kembali kepercayaan dalam bisnis, hancur sudah karier bisnis pengelola yang tidak amanah.
Karena kebaikan itu tidak secepat penyebaran berita buruk dari seseorang. Otomatis sejumlah investor akan berpikir berulang kali untuk bekerja sama bisnis dengan seorang yang sudah di stempel ‘tidak di percaya’ dalam bisnis. Apalah arti sebuah keahlian dagang bila sudah tidak dapat di percaya lagi.
Kepercayaan adalah nyawa sebuah bisnis, kalimat tersebut walaupun bukan sebuah hadis, namun kita sebagai pebisnis harus merenungi kata-kata diatas, berapa banyak kisah tragis sebuah kongsi dagang yang hancur hanya karena kehilangan kepercayaan diantara pelaku bisnis. Betapa menyedihkan seorang pedagang yang kehilangan banyak pelanggan setianya, hanya karena para pembeli berpindah toko, karena merasa di tipu dalam transaksinya.
Keterbukaan atau transparansi diantara pebisnis mutlak di perlukan, tanpa adanya transparansi maka akan ada prasangka-prasangka yang mengarah kepada menipisnya kepercayaan, seorang pengelola bisnis dia harus secrara terbuka melaporkan secara detail dan terbuka kas keluar masuk dari sebuah bisnis. Hal ini untuk menghindari kesalahpahaman dengan investor.
Wednesday, August 29, 2007
Wednesday, August 22, 2007
Karnaval itu memberiku pembelajaran
Merdeka berarti bebas dari kemiskinan, merdeka berarti biaya kesehatan murah, dua slogan itu begitu saja mengalir dari pemikiranku, saat umi meminta untuk mencari kalimat yang akan di tempel di karton untuk digantungkan pada leher kedua putriku.
Jujur saja kedua kalimat tersebut terinspirasi dari slogan dompet duafa yang terpampang di pinggir jalan di bilangan ciputat, dekat dengan markas bisnisku.
Wafa anak pertama kami yang sudah kelas 3 beratributkan seorang dokter yang banyak menyelamatkan pejuang kemerdekan, sedangkan adiknya, nuha yang baru masuk kelas satu berkarakter sebagai seorang petani yang mensupport logistik bagi para pejuang bambu runcing. Memang sekolah mereka pada agustus tahun ini, dalam acara karnavalnya mengambil tema kemerdekaan. Perjuangan kemerdekanaa tepatnya.
Alhamdulilah kreatiftas umi tidak lah sia-sia, nuha menyabet juara satu mengalahkan semua murid satu sekolah. Dua tahun berturut-turut wafa selalu mendapat piala untuk setiap karnaval. Memang daya kreatifitas istriku tidak pernah habis, alhamdulillah.
Tiada kemenangan tanpa kerja keras dan maksimalitas kreatifitas, tentunya juga berkat kerja tim yang mampu secara terus menerus menterjemahkan sebuah ide. Itulah yang terjadi sebelum kemenangan nuha dalam karnaval.daya kreatifitas, umi menghasilkan sebuah ide, lalu secara tim, kita satu keluarga saling sibuk menterjemahkan ide umi tersebut.
Wafa dan nuha membantu mengunting kertas-kertas, dihya yang baru berumur 3 tahun mengerti kesibukan kami sehingga tidak terlalu rewel, sedangkan ukasyah anak ke empat kami tidur lebih awal, sebagai supporting agar kita konsentrasi mengerjakan ide besar tersebut. Saat aku pulang sekitar jam 11 malam langsung di todong mencari slogan buat kedua atribut tersebut.
Berbicara kreatifitas maka kita akan berbicara juga mengenai sebanyak apa otak seseorang itu mampu menyerap informasi dari luar diri kita. Karena semakin banyak pengalaman dan informasi, maka semakin tinggi pula daya kreatifitas kita.
Dan kreatifitas tersebut perlu di trigger, agar dapat memicu sinyal-sinyal dalam otak kita utuk mengeluarkan sebanyak mungkin informasi yang dibutuhkan untuk sebuah kretifitas. Sebagaimana saya mentriger umi dengan kenangan kemenangan tahun sebelumnya, sehingga percaya diri itu muncul untuk sebuah kemenangan.
Keyakinan akan kemenangan atau keberhasilan seseorang amat dipengaruhi sejauh mana otak kita dipengaruhi bahwa nanti pasti sukses. Hal ini terbukti dengan kisah karnaval kedua anak saya diatas.
Pagi hari saat dandan dengan kostum masing-masing, wafa melihat adiknya berpakaian lebih ‘rame’ dan lebih meriah, seorang petani yang menggunakan kebaya dengan caping warna-warni, plus bakul penuh sayuran di gendongan, dia berkata, “nuha ntar pasti menang dech, soalnya bagus tuh kostumnya, biarin dech mbak wafa ntar kalah, tahun kemarin khan wafa udah menang.”
Kalimat tersebut seakan bertuah, nuha yang diberi keyakinan akan menang lalu makin percaya diri, saat berpawai pun dia sigap mengikuti instruksi bu guru, dengan semangat kemenangan dia memikul semua beban yang ada, walaupun secara phisik, nuha berbadan kecil yang selalu mengeluh cape jika di ajak jalan.
Sedangkan wafaa yang sudah men-stempel dirinya kalah, lalu seakan ada law attraction / hukum ketertarikan (dah lihat the secret khan? ) yang bekerja, berangkat dengan lunglai, tas bu dokternya tertinggal di rumah, slogan yang seharusnya menempel di dadanya, justru malah di berikan kepada temannya, praktis hanya topi perawat yang tersembul di atas jilbabnya, itupun di pakainya secara asal.
Kejadian ini kembali mengingatkanku bahwa pikiran kita amat mempengaruhi keberhasilan/kegagalan kita di masa datang. Optimisitas seseorang akan mempengaruhi kesuksesan hidupnya di masa depan.
Kita saat ini adalah hasil dari pikiran-pikiran kita di masa lalu. Dan kita di lima tahun ke depan adalah hasil dari pikiran-pikiran kita saat ini.
Allah itu, sesuai persangkaan hambanya, jika kita yakin bahwa Allah itu dekat, maka memang Allah itu dekat kepada kita. Apabila kita yakin bahwa Allah akan memberikan kita kesuksesan, maka Allah akan mensupport penuh kesuksesan kita. Berbekal keyakinan akan pertolongan Allah, maka kita akan secara optimis menatap masa depan yang gemilang. Belum percaya ?, Buktikan saja!.
Wassalam
Widoyo2016
Jujur saja kedua kalimat tersebut terinspirasi dari slogan dompet duafa yang terpampang di pinggir jalan di bilangan ciputat, dekat dengan markas bisnisku.
Wafa anak pertama kami yang sudah kelas 3 beratributkan seorang dokter yang banyak menyelamatkan pejuang kemerdekan, sedangkan adiknya, nuha yang baru masuk kelas satu berkarakter sebagai seorang petani yang mensupport logistik bagi para pejuang bambu runcing. Memang sekolah mereka pada agustus tahun ini, dalam acara karnavalnya mengambil tema kemerdekaan. Perjuangan kemerdekanaa tepatnya.
Alhamdulilah kreatiftas umi tidak lah sia-sia, nuha menyabet juara satu mengalahkan semua murid satu sekolah. Dua tahun berturut-turut wafa selalu mendapat piala untuk setiap karnaval. Memang daya kreatifitas istriku tidak pernah habis, alhamdulillah.
Tiada kemenangan tanpa kerja keras dan maksimalitas kreatifitas, tentunya juga berkat kerja tim yang mampu secara terus menerus menterjemahkan sebuah ide. Itulah yang terjadi sebelum kemenangan nuha dalam karnaval.daya kreatifitas, umi menghasilkan sebuah ide, lalu secara tim, kita satu keluarga saling sibuk menterjemahkan ide umi tersebut.
Wafa dan nuha membantu mengunting kertas-kertas, dihya yang baru berumur 3 tahun mengerti kesibukan kami sehingga tidak terlalu rewel, sedangkan ukasyah anak ke empat kami tidur lebih awal, sebagai supporting agar kita konsentrasi mengerjakan ide besar tersebut. Saat aku pulang sekitar jam 11 malam langsung di todong mencari slogan buat kedua atribut tersebut.
Berbicara kreatifitas maka kita akan berbicara juga mengenai sebanyak apa otak seseorang itu mampu menyerap informasi dari luar diri kita. Karena semakin banyak pengalaman dan informasi, maka semakin tinggi pula daya kreatifitas kita.
Dan kreatifitas tersebut perlu di trigger, agar dapat memicu sinyal-sinyal dalam otak kita utuk mengeluarkan sebanyak mungkin informasi yang dibutuhkan untuk sebuah kretifitas. Sebagaimana saya mentriger umi dengan kenangan kemenangan tahun sebelumnya, sehingga percaya diri itu muncul untuk sebuah kemenangan.
Keyakinan akan kemenangan atau keberhasilan seseorang amat dipengaruhi sejauh mana otak kita dipengaruhi bahwa nanti pasti sukses. Hal ini terbukti dengan kisah karnaval kedua anak saya diatas.
Pagi hari saat dandan dengan kostum masing-masing, wafa melihat adiknya berpakaian lebih ‘rame’ dan lebih meriah, seorang petani yang menggunakan kebaya dengan caping warna-warni, plus bakul penuh sayuran di gendongan, dia berkata, “nuha ntar pasti menang dech, soalnya bagus tuh kostumnya, biarin dech mbak wafa ntar kalah, tahun kemarin khan wafa udah menang.”
Kalimat tersebut seakan bertuah, nuha yang diberi keyakinan akan menang lalu makin percaya diri, saat berpawai pun dia sigap mengikuti instruksi bu guru, dengan semangat kemenangan dia memikul semua beban yang ada, walaupun secara phisik, nuha berbadan kecil yang selalu mengeluh cape jika di ajak jalan.
Sedangkan wafaa yang sudah men-stempel dirinya kalah, lalu seakan ada law attraction / hukum ketertarikan (dah lihat the secret khan? ) yang bekerja, berangkat dengan lunglai, tas bu dokternya tertinggal di rumah, slogan yang seharusnya menempel di dadanya, justru malah di berikan kepada temannya, praktis hanya topi perawat yang tersembul di atas jilbabnya, itupun di pakainya secara asal.
Kejadian ini kembali mengingatkanku bahwa pikiran kita amat mempengaruhi keberhasilan/kegagalan kita di masa datang. Optimisitas seseorang akan mempengaruhi kesuksesan hidupnya di masa depan.
Kita saat ini adalah hasil dari pikiran-pikiran kita di masa lalu. Dan kita di lima tahun ke depan adalah hasil dari pikiran-pikiran kita saat ini.
Allah itu, sesuai persangkaan hambanya, jika kita yakin bahwa Allah itu dekat, maka memang Allah itu dekat kepada kita. Apabila kita yakin bahwa Allah akan memberikan kita kesuksesan, maka Allah akan mensupport penuh kesuksesan kita. Berbekal keyakinan akan pertolongan Allah, maka kita akan secara optimis menatap masa depan yang gemilang. Belum percaya ?, Buktikan saja!.
Wassalam
Widoyo2016
Monday, August 20, 2007
Rezeki yang Barokah
Pada dasarnya manusia tidak memiliki apa-apa, ia dilahirkan kedunia tanpa seutas kain pun menutupi tubuhnya, melalui perantaan orang tuanyalah Allah lalu memberikan pakaian, memberi makanan, dan memberikannya penghidupan.
Saat sang manusia, beranjak dewasa dan mampu mencari penghidupan secara mandiri, sedikit demi sedikit Allah memberi dari bagiannya.
Dalam masalah rezeki, Allah tidak memandang siapa yang di beri. Di berikan kepada semua manusia yang berusaha.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk menggapai jatah rezekinya tersebut, dari yang bekerja kepada orang lain hingga berusaha secara mandiri.
Sebagai hamba kita harus meyakini bahwa nafas yang kita hirup, kesehatan, kesempatan, waktu luang dan ilmu pengetahuan yang dengannya kita beraktifitas, itu semua adalah rezeki dari Allah, yang nantinya akan diminta pertanggungjawabannya.
Selain rezeki yang bersifat gratis diatas, masih ada rezeki lain yang harus kita gapai dengan usaha. Sejauh mana kita melompat maka sejauh itu pula yang kita dapat. Kegigihan dan keuletan kita dalam meraih, sebanding dengan rezeki ( baca : amanah) yang akan Allah berikan.
Pada dasarnya manusia tidak mempunyai apa-apa, hakikatnya semua kekayaan milik Allah. Allah memiliki hak prerogatif untuk menentukan kadar rezeki pada setiap manusia.
Menjadi hak Allah untuk memberikan berapa banyak kepada manusia, dan menjadi hak Allah pula untuk menariknya kembali, apabila memang orang yang di beri keleluasan harta tersebut tidak amanah.
Harta yang saat ini berada dalam kekuasaan kita sebenarnya adalah milik Allah, harta itu bukan milik kita, terserah kepada Allah kemana arah aliran dana tersebut, apabila kita tidak menyalurkan kepada yang berhak maka Allah yang akan menyalurkan (bisa secara paksa!).
Uang yang saat ini ada di kantong kita bisa jadi adalah milik pedagang kain dimana kita berbelanja, milik seorang pengemis yang bersimpuh di perempatan lampu merah, atau bahkan uang tersebut adalah mllik pencopet yang mengambil saat kita lengah. Hanya Allah yang tahu kemana arah uang tersebut.
Yang sebenarnya menjadi milik kita adalah uang yang kita sedekahkan, karena itu akan menjadi tabungan kita di akherat nanti, sedangkan tabungan yang tersebar di bank-bank di dunia ini masih misteri milik siapakah harta tersebut.
Betapa banyak kisah mengharukan bertabur hikmah yang ada di depan mata, bagaimana seorang yang kaya raya kehilangan seluruh harta kekayaannya hanya karena penyakit yang dideritanya, atau bagaimana kita tidak memetik pelajaran kepada manusia yang kehilangan harta yang di kumpulkan selama puluhan tahun, dalam hitungan detik hilang begitu saja tersapu dahsyatnya tsunami !.,
Tidak ada alasan bagi kita untuk bersombong dengan harta yang ada, justru kita harus sedih apabila masih banyak hak orang lain yang belum kita tunaikan.
Ingat, dari harta yang ada pada kita, sebagiannya adalah milik orang lain dan kita wajib menunaikannya kepada yang memang berhak, atau menunggu Allah yang akan menunaikannya.
Salah satu ciri orang yang beriman adalah ia berbahagia dan bersyukur kepada Allah apabila dapat menunaikan kewajiban untuk berbagi, karena bisa jadi harta yang memang bukan hak kita namun kita mengambil manfaat darinya, akan menjadi setitik nila pada susu sebelanga. Naudzubillah mindzalik.
Dalam sejarah tidak pernah di temukan ada orang ynag gemar berinfak lalu jatuh miskin, justru bila kita rajin bersedekah maka itu akan membuat Allah makin percaya kepada kita dengan terus menambah kran-kran rezeki dari jalan yang tidak terduga sebelumnya.
Apabila kita memahami konsep rezeki, maka kita akan ikhlas dengan apa yang Allah berikan. Dengan harta yang ada pada orang lain, itu adalah urusan dia dengan Allah, tidak pada tempatnya kita memikirkan harta orang lain, apalagi bila kita dengki. Cukuplah keyakinan bahwa masing-masing kita sudah memiliki takaran kekayaan dari Allah.
Pemahaman yang baik kepada agama akan menahan kita untuk merampas apapun yang menjadi hak orang lain.
Bagaimanapun cara kita mengapai rezeki yang sudah Allah takar buat kita, maka itu pula yang akan kita dapatkan, karena memang setiap kita sudah memiliki sejumlah rezeki yang di tentukan. Apapun cara kita mengambilnya maka itu akan mengurangi jatah kita masing-masing.
Apabila kita mengambil harta yang sudah di janjikan tersebut dengan cara yang hak, maka itu akan membawa keberkahan untuk hidup dan kehidupan kita.
Namun apabila kita mengambilnya dengan cara yang curang, maka harta itu hanya akan menyengsarakan, menjadi sumber permasalahan. Karena setiap rupiah yang kita nafkahkan buat anak dan istri akan berimplikasi buat masa depan. apalah arti kakayaan apabila tiada ketenangan dalam keluarga.
Tiada kebahagiaan bagi hamba yang menggapai rezekinya dengan cara yang tidak sah, karena hal tersebut akan membawa bencana tiada bertepi. Memang secara materi kita punya, namun hati terasa gersang karena nurani yang halus sudah kita campakkan.
Ketidakberkahan harta tersebut akan membawa kedukaan yang tidak berkesudahan, dari ketidak harmonisan keluarga hingga penyakit yang terus mendera. Kesemua itu akan membawa kegelisahan tiada akhir, hingga kita bertobat dan menunaikan hak orang yang kita rampas.
Adapun orang yang bermalas-malasan sama saja dengan sorang yang sudah di janjikan sebuah hadiah di ujung jalan, namun tidak mau berjalan untuk mengambilnya. Tiada sedikitpun usaha untuk mengapainya. Padahal diakherat nanti kita akan di tanya dengan apa yang kita miliki, mengapa kita tidak memaksimalkan fungsi segala yang Allah berikan, mengapa kita tidak menggunakan tangan kaki kita untuk bekerja keras, mengapa tidak kita gunakan akal kita untuk bekerja cerdas ?.
Sekali lagi perlu di tegaskan disini bahwa semua yang kita miliki itu adalah milik Allah, dan Allah menitipkan sebagian harta yang berada di genggaman kita tersebut untuk kemaslahatan orang lain. Diperlukan cara yang ahsan untuk menjemputnya dan diperlukan cara yang bijaksana untuk menyalurkan kepada orang lain, maka niscya Allah akan melipatgandakan harta yang sudah kita infaqkan tersebut hingga tujuh ratus kali lipat bahkan lebih.
Anda mau kaya? Maka bersedekahlah…..
widoyo2016
Saat sang manusia, beranjak dewasa dan mampu mencari penghidupan secara mandiri, sedikit demi sedikit Allah memberi dari bagiannya.
Dalam masalah rezeki, Allah tidak memandang siapa yang di beri. Di berikan kepada semua manusia yang berusaha.
Berbagai usaha dilakukan manusia untuk menggapai jatah rezekinya tersebut, dari yang bekerja kepada orang lain hingga berusaha secara mandiri.
Sebagai hamba kita harus meyakini bahwa nafas yang kita hirup, kesehatan, kesempatan, waktu luang dan ilmu pengetahuan yang dengannya kita beraktifitas, itu semua adalah rezeki dari Allah, yang nantinya akan diminta pertanggungjawabannya.
Selain rezeki yang bersifat gratis diatas, masih ada rezeki lain yang harus kita gapai dengan usaha. Sejauh mana kita melompat maka sejauh itu pula yang kita dapat. Kegigihan dan keuletan kita dalam meraih, sebanding dengan rezeki ( baca : amanah) yang akan Allah berikan.
Pada dasarnya manusia tidak mempunyai apa-apa, hakikatnya semua kekayaan milik Allah. Allah memiliki hak prerogatif untuk menentukan kadar rezeki pada setiap manusia.
Menjadi hak Allah untuk memberikan berapa banyak kepada manusia, dan menjadi hak Allah pula untuk menariknya kembali, apabila memang orang yang di beri keleluasan harta tersebut tidak amanah.
Harta yang saat ini berada dalam kekuasaan kita sebenarnya adalah milik Allah, harta itu bukan milik kita, terserah kepada Allah kemana arah aliran dana tersebut, apabila kita tidak menyalurkan kepada yang berhak maka Allah yang akan menyalurkan (bisa secara paksa!).
Uang yang saat ini ada di kantong kita bisa jadi adalah milik pedagang kain dimana kita berbelanja, milik seorang pengemis yang bersimpuh di perempatan lampu merah, atau bahkan uang tersebut adalah mllik pencopet yang mengambil saat kita lengah. Hanya Allah yang tahu kemana arah uang tersebut.
Yang sebenarnya menjadi milik kita adalah uang yang kita sedekahkan, karena itu akan menjadi tabungan kita di akherat nanti, sedangkan tabungan yang tersebar di bank-bank di dunia ini masih misteri milik siapakah harta tersebut.
Betapa banyak kisah mengharukan bertabur hikmah yang ada di depan mata, bagaimana seorang yang kaya raya kehilangan seluruh harta kekayaannya hanya karena penyakit yang dideritanya, atau bagaimana kita tidak memetik pelajaran kepada manusia yang kehilangan harta yang di kumpulkan selama puluhan tahun, dalam hitungan detik hilang begitu saja tersapu dahsyatnya tsunami !.,
Tidak ada alasan bagi kita untuk bersombong dengan harta yang ada, justru kita harus sedih apabila masih banyak hak orang lain yang belum kita tunaikan.
Ingat, dari harta yang ada pada kita, sebagiannya adalah milik orang lain dan kita wajib menunaikannya kepada yang memang berhak, atau menunggu Allah yang akan menunaikannya.
Salah satu ciri orang yang beriman adalah ia berbahagia dan bersyukur kepada Allah apabila dapat menunaikan kewajiban untuk berbagi, karena bisa jadi harta yang memang bukan hak kita namun kita mengambil manfaat darinya, akan menjadi setitik nila pada susu sebelanga. Naudzubillah mindzalik.
Dalam sejarah tidak pernah di temukan ada orang ynag gemar berinfak lalu jatuh miskin, justru bila kita rajin bersedekah maka itu akan membuat Allah makin percaya kepada kita dengan terus menambah kran-kran rezeki dari jalan yang tidak terduga sebelumnya.
Apabila kita memahami konsep rezeki, maka kita akan ikhlas dengan apa yang Allah berikan. Dengan harta yang ada pada orang lain, itu adalah urusan dia dengan Allah, tidak pada tempatnya kita memikirkan harta orang lain, apalagi bila kita dengki. Cukuplah keyakinan bahwa masing-masing kita sudah memiliki takaran kekayaan dari Allah.
Pemahaman yang baik kepada agama akan menahan kita untuk merampas apapun yang menjadi hak orang lain.
Bagaimanapun cara kita mengapai rezeki yang sudah Allah takar buat kita, maka itu pula yang akan kita dapatkan, karena memang setiap kita sudah memiliki sejumlah rezeki yang di tentukan. Apapun cara kita mengambilnya maka itu akan mengurangi jatah kita masing-masing.
Apabila kita mengambil harta yang sudah di janjikan tersebut dengan cara yang hak, maka itu akan membawa keberkahan untuk hidup dan kehidupan kita.
Namun apabila kita mengambilnya dengan cara yang curang, maka harta itu hanya akan menyengsarakan, menjadi sumber permasalahan. Karena setiap rupiah yang kita nafkahkan buat anak dan istri akan berimplikasi buat masa depan. apalah arti kakayaan apabila tiada ketenangan dalam keluarga.
Tiada kebahagiaan bagi hamba yang menggapai rezekinya dengan cara yang tidak sah, karena hal tersebut akan membawa bencana tiada bertepi. Memang secara materi kita punya, namun hati terasa gersang karena nurani yang halus sudah kita campakkan.
Ketidakberkahan harta tersebut akan membawa kedukaan yang tidak berkesudahan, dari ketidak harmonisan keluarga hingga penyakit yang terus mendera. Kesemua itu akan membawa kegelisahan tiada akhir, hingga kita bertobat dan menunaikan hak orang yang kita rampas.
Adapun orang yang bermalas-malasan sama saja dengan sorang yang sudah di janjikan sebuah hadiah di ujung jalan, namun tidak mau berjalan untuk mengambilnya. Tiada sedikitpun usaha untuk mengapainya. Padahal diakherat nanti kita akan di tanya dengan apa yang kita miliki, mengapa kita tidak memaksimalkan fungsi segala yang Allah berikan, mengapa kita tidak menggunakan tangan kaki kita untuk bekerja keras, mengapa tidak kita gunakan akal kita untuk bekerja cerdas ?.
Sekali lagi perlu di tegaskan disini bahwa semua yang kita miliki itu adalah milik Allah, dan Allah menitipkan sebagian harta yang berada di genggaman kita tersebut untuk kemaslahatan orang lain. Diperlukan cara yang ahsan untuk menjemputnya dan diperlukan cara yang bijaksana untuk menyalurkan kepada orang lain, maka niscya Allah akan melipatgandakan harta yang sudah kita infaqkan tersebut hingga tujuh ratus kali lipat bahkan lebih.
Anda mau kaya? Maka bersedekahlah…..
widoyo2016
Thursday, August 16, 2007
Kalau sudah niat, jalanin ajah…..
Sudah banyak kejadian dimana saat saya take action ingin bisnis sesuatu ternyata di tengah jalan, saya justru menemukan peluang bisnis lain. Dan bisnis tersebut justru menjadi bisnis pilihan dan meninggalkan bisnis yang sejak awal saya ingin jalankan.
Tapi kenapa ketika saya rewind pikiran, gak ketemu seperti apa contoh yang realnya, tetapi dalam memori, tersimpan menjadi sebuah dogma, agar senantiasa saat kita sudah ada niat berbuat sesuatu (bukan hanya bisnis) maka segera lakukan. Langsung bergerak saja.
Saya jadi inget kata2 seorang mentor dalam sebuah acara ruhani saat saya sekolah menengah dulu, bahwa perumpamaan manusia bisa dianalogikan dengan air.
Air yang selalu bergerak akan banyak menghasilkan sesuatu yang dinikmati, liukan keindakan air terjun Niagara adalah sebuah contoh yang tak terbantahkan. Terjalnya air di citarik banyak memberi manfaat buat rekan2 penyuka arung jeram. Keindahan dan kejernihan di curug sewu memberi inspirasi para seni lukis untuk menjadikan objek karya mereka.
Jauh berbeda dengan air yang diam tanpa gerak, ‘ngembeng’dalam bahasa keseharian saya. Air yang seperti itu hanya akan menjadi sumber penyakit, bau yang menyengat membuat orang ingin menjauh, karena biasanya memang air yang diam adalah tempat buangan akhir dari segala penjuru mata angin.
Kembali kepada take action…
Dengan kita banyak bergerak maka kita akan banyak berhubungan dengan banyak orang, bisa bertemu dengan banyak relasi bisnis, bisa saling berbagi pengalaman, banyak hal manfaat dengan kita bergerak.
Bukankah Nabi menilai orang yang ke hutan dengan modal kapak lalu dia menjual kayu bakar itu jauh lebih baik dibanding orang yang hanya duduk menengadahkan tangannya mengharap belas kasih orang.
Bertebaranlah engkau di muka bumi, karena dengan kita bergerak dan terus bergerak maka jiwa kita akan kaya dengan pengalaman hidup, karena kreatifitas itu membutuhkan pengalaman-pengalaman sebagai modal.
Tak mungkin soichiro Honda dapat menciptakan motor berbahan bakar hemat kalau dia tidak mengaca dari krisis BBM di jepang pasca mengeboman Hiroshima Nagasaki oleh amerika.
Keberhasilan setiap orang yang sukses dalam sejarah selalu di dahului berbagai kegagalan sebelumnya. Bahkan seorang purdie Candra pun harus merelakan kuliahnya demi keberhasilan bisnisnya.
So, tak ada alasan lagi bagi kita untuk menunggu momentum untuk bergerak, buatlah momentum itu sendiri. Buatlah kesempatan itu. Ciptakan takdirmu sendiri.
Widoyo2016.com
Tapi kenapa ketika saya rewind pikiran, gak ketemu seperti apa contoh yang realnya, tetapi dalam memori, tersimpan menjadi sebuah dogma, agar senantiasa saat kita sudah ada niat berbuat sesuatu (bukan hanya bisnis) maka segera lakukan. Langsung bergerak saja.
Saya jadi inget kata2 seorang mentor dalam sebuah acara ruhani saat saya sekolah menengah dulu, bahwa perumpamaan manusia bisa dianalogikan dengan air.
Air yang selalu bergerak akan banyak menghasilkan sesuatu yang dinikmati, liukan keindakan air terjun Niagara adalah sebuah contoh yang tak terbantahkan. Terjalnya air di citarik banyak memberi manfaat buat rekan2 penyuka arung jeram. Keindahan dan kejernihan di curug sewu memberi inspirasi para seni lukis untuk menjadikan objek karya mereka.
Jauh berbeda dengan air yang diam tanpa gerak, ‘ngembeng’dalam bahasa keseharian saya. Air yang seperti itu hanya akan menjadi sumber penyakit, bau yang menyengat membuat orang ingin menjauh, karena biasanya memang air yang diam adalah tempat buangan akhir dari segala penjuru mata angin.
Kembali kepada take action…
Dengan kita banyak bergerak maka kita akan banyak berhubungan dengan banyak orang, bisa bertemu dengan banyak relasi bisnis, bisa saling berbagi pengalaman, banyak hal manfaat dengan kita bergerak.
Bukankah Nabi menilai orang yang ke hutan dengan modal kapak lalu dia menjual kayu bakar itu jauh lebih baik dibanding orang yang hanya duduk menengadahkan tangannya mengharap belas kasih orang.
Bertebaranlah engkau di muka bumi, karena dengan kita bergerak dan terus bergerak maka jiwa kita akan kaya dengan pengalaman hidup, karena kreatifitas itu membutuhkan pengalaman-pengalaman sebagai modal.
Tak mungkin soichiro Honda dapat menciptakan motor berbahan bakar hemat kalau dia tidak mengaca dari krisis BBM di jepang pasca mengeboman Hiroshima Nagasaki oleh amerika.
Keberhasilan setiap orang yang sukses dalam sejarah selalu di dahului berbagai kegagalan sebelumnya. Bahkan seorang purdie Candra pun harus merelakan kuliahnya demi keberhasilan bisnisnya.
So, tak ada alasan lagi bagi kita untuk menunggu momentum untuk bergerak, buatlah momentum itu sendiri. Buatlah kesempatan itu. Ciptakan takdirmu sendiri.
Widoyo2016.com
Subscribe to:
Posts (Atom)