Monday, August 20, 2007

Rezeki yang Barokah

Pada dasarnya manusia tidak memiliki apa-apa, ia dilahirkan kedunia tanpa seutas kain pun menutupi tubuhnya, melalui perantaan orang tuanyalah Allah lalu memberikan pakaian, memberi makanan, dan memberikannya penghidupan.

Saat sang manusia, beranjak dewasa dan mampu mencari penghidupan secara mandiri, sedikit demi sedikit Allah memberi dari bagiannya.
Dalam masalah rezeki, Allah tidak memandang siapa yang di beri. Di berikan kepada semua manusia yang berusaha.

Berbagai usaha dilakukan manusia untuk menggapai jatah rezekinya tersebut, dari yang bekerja kepada orang lain hingga berusaha secara mandiri.

Sebagai hamba kita harus meyakini bahwa nafas yang kita hirup, kesehatan, kesempatan, waktu luang dan ilmu pengetahuan yang dengannya kita beraktifitas, itu semua adalah rezeki dari Allah, yang nantinya akan diminta pertanggungjawabannya.

Selain rezeki yang bersifat gratis diatas, masih ada rezeki lain yang harus kita gapai dengan usaha. Sejauh mana kita melompat maka sejauh itu pula yang kita dapat. Kegigihan dan keuletan kita dalam meraih, sebanding dengan rezeki ( baca : amanah) yang akan Allah berikan.

Pada dasarnya manusia tidak mempunyai apa-apa, hakikatnya semua kekayaan milik Allah. Allah memiliki hak prerogatif untuk menentukan kadar rezeki pada setiap manusia.

Menjadi hak Allah untuk memberikan berapa banyak kepada manusia, dan menjadi hak Allah pula untuk menariknya kembali, apabila memang orang yang di beri keleluasan harta tersebut tidak amanah.

Harta yang saat ini berada dalam kekuasaan kita sebenarnya adalah milik Allah, harta itu bukan milik kita, terserah kepada Allah kemana arah aliran dana tersebut, apabila kita tidak menyalurkan kepada yang berhak maka Allah yang akan menyalurkan (bisa secara paksa!).

Uang yang saat ini ada di kantong kita bisa jadi adalah milik pedagang kain dimana kita berbelanja, milik seorang pengemis yang bersimpuh di perempatan lampu merah, atau bahkan uang tersebut adalah mllik pencopet yang mengambil saat kita lengah. Hanya Allah yang tahu kemana arah uang tersebut.

Yang sebenarnya menjadi milik kita adalah uang yang kita sedekahkan, karena itu akan menjadi tabungan kita di akherat nanti, sedangkan tabungan yang tersebar di bank-bank di dunia ini masih misteri milik siapakah harta tersebut.

Betapa banyak kisah mengharukan bertabur hikmah yang ada di depan mata, bagaimana seorang yang kaya raya kehilangan seluruh harta kekayaannya hanya karena penyakit yang dideritanya, atau bagaimana kita tidak memetik pelajaran kepada manusia yang kehilangan harta yang di kumpulkan selama puluhan tahun, dalam hitungan detik hilang begitu saja tersapu dahsyatnya tsunami !.,

Tidak ada alasan bagi kita untuk bersombong dengan harta yang ada, justru kita harus sedih apabila masih banyak hak orang lain yang belum kita tunaikan.
Ingat, dari harta yang ada pada kita, sebagiannya adalah milik orang lain dan kita wajib menunaikannya kepada yang memang berhak, atau menunggu Allah yang akan menunaikannya.

Salah satu ciri orang yang beriman adalah ia berbahagia dan bersyukur kepada Allah apabila dapat menunaikan kewajiban untuk berbagi, karena bisa jadi harta yang memang bukan hak kita namun kita mengambil manfaat darinya, akan menjadi setitik nila pada susu sebelanga. Naudzubillah mindzalik.

Dalam sejarah tidak pernah di temukan ada orang ynag gemar berinfak lalu jatuh miskin, justru bila kita rajin bersedekah maka itu akan membuat Allah makin percaya kepada kita dengan terus menambah kran-kran rezeki dari jalan yang tidak terduga sebelumnya.

Apabila kita memahami konsep rezeki, maka kita akan ikhlas dengan apa yang Allah berikan. Dengan harta yang ada pada orang lain, itu adalah urusan dia dengan Allah, tidak pada tempatnya kita memikirkan harta orang lain, apalagi bila kita dengki. Cukuplah keyakinan bahwa masing-masing kita sudah memiliki takaran kekayaan dari Allah.

Pemahaman yang baik kepada agama akan menahan kita untuk merampas apapun yang menjadi hak orang lain.

Bagaimanapun cara kita mengapai rezeki yang sudah Allah takar buat kita, maka itu pula yang akan kita dapatkan, karena memang setiap kita sudah memiliki sejumlah rezeki yang di tentukan. Apapun cara kita mengambilnya maka itu akan mengurangi jatah kita masing-masing.

Apabila kita mengambil harta yang sudah di janjikan tersebut dengan cara yang hak, maka itu akan membawa keberkahan untuk hidup dan kehidupan kita.

Namun apabila kita mengambilnya dengan cara yang curang, maka harta itu hanya akan menyengsarakan, menjadi sumber permasalahan. Karena setiap rupiah yang kita nafkahkan buat anak dan istri akan berimplikasi buat masa depan. apalah arti kakayaan apabila tiada ketenangan dalam keluarga.

Tiada kebahagiaan bagi hamba yang menggapai rezekinya dengan cara yang tidak sah, karena hal tersebut akan membawa bencana tiada bertepi. Memang secara materi kita punya, namun hati terasa gersang karena nurani yang halus sudah kita campakkan.

Ketidakberkahan harta tersebut akan membawa kedukaan yang tidak berkesudahan, dari ketidak harmonisan keluarga hingga penyakit yang terus mendera. Kesemua itu akan membawa kegelisahan tiada akhir, hingga kita bertobat dan menunaikan hak orang yang kita rampas.

Adapun orang yang bermalas-malasan sama saja dengan sorang yang sudah di janjikan sebuah hadiah di ujung jalan, namun tidak mau berjalan untuk mengambilnya. Tiada sedikitpun usaha untuk mengapainya. Padahal diakherat nanti kita akan di tanya dengan apa yang kita miliki, mengapa kita tidak memaksimalkan fungsi segala yang Allah berikan, mengapa kita tidak menggunakan tangan kaki kita untuk bekerja keras, mengapa tidak kita gunakan akal kita untuk bekerja cerdas ?.

Sekali lagi perlu di tegaskan disini bahwa semua yang kita miliki itu adalah milik Allah, dan Allah menitipkan sebagian harta yang berada di genggaman kita tersebut untuk kemaslahatan orang lain. Diperlukan cara yang ahsan untuk menjemputnya dan diperlukan cara yang bijaksana untuk menyalurkan kepada orang lain, maka niscya Allah akan melipatgandakan harta yang sudah kita infaqkan tersebut hingga tujuh ratus kali lipat bahkan lebih.

Anda mau kaya? Maka bersedekahlah…..

widoyo2016

No comments: