Wednesday, March 12, 2008

tafakurku hari ini


oleh pak Isdiyanto

Redaktur majalah Wirausaha dan Keuangan


Mencari Kemuliaan Bisnis. Selama ini saya melihat Aa Gym, dari kulitluarnya saja. Bukan pengagum berat, hanya tahu sepintas saja, tetapijujur, saya sangat mengapresiasi apa yang dilakukannya, hingga kini.
Dalam catatan saya, model pesantrennya Aa Gym yang mandiri, mencariuang dari kegiatan bisnis, merupakan paradigma baru dalam mengelolapompes. Ini juga yang dilakukan oleh seorang Habiburahman, pengasuhPonpes Basmala di Semarang, penulis buku novel hebat Ayat-ayatCinta.(semoga lahir Habiburahman baru di negeri ini) Saya tahu Aa Gym adalah seorang dai kondang, beristri dua, dan maafmenurut banyak orang, Aa kini popularitasnya berada di titik bawah.
Ukurannya, sudah nggak pernah masuk TV lagi. Ketika banyak orang meninggalkannya, saya justru pingin mencobamendekatinya. Semakin banyak hal yang ingin saya ketahui. Dan sayamendapatkan waktu untuk bertatap, berdiskusi, dan tentu sajaberbincang banyak hal dengan dai kondang ini disela waktu senggangnya.(Terima kasih Aa atas perkenan waktunya).
Bagi saya, Aa Gym tetaplah manusia fenomenal. Seorang manusia yangtumbuh dari perjuangan dan hidup untuk memperjuangkan manusia.
Pertemuan saya dengan Aa mendapatkan banyak hal, diantaranya adalah ilmu bagaimana kita menempatkan diri kita di tengah-tengah begitu banyak harapan dari cara kita berbisnis.
Saya yang memulai membuka pembicaraan dengan beliau, bagaimana manusia berbisnis, dan apa yang dapat kita lakukan.
Saya memulai hal itu, pertama karena kalimat pembuka ini cara terbaik berkomunikasi denganAa.
Kita tahu ia seorang entrepreneur, dan mendirikan berbagai unitbisnis yang tetap dijalankannya hingga kini."Saya melihat nabi Muhammad SAW itu seorang entrepreneur sejati danajaran-ajaran Islam betul-betul memotivasi orang supaya hidupnyamempunyai nilai tambah," ujar Aa. Menurut Aa, bisnis itu bukan identikdengan uang.
Bisnis itu adalah mencari nilai tambah. Baik tambah ilmunya, wawasannya, maupun kemanfaatan bagi orang lain. "Kalau ukurannya uang semata, itu sungguh sangat naïf sekali," ujar pemilik nama asli KH Abdullah Gymnastiar ini.
Karena menurut Aa, setiap orang yang menjalankan bisnis memiliki akhlak yang semakin mulia. Dengan bisnisnya ia semakin dekat denganAllah, dan dengan bisnisnya ia memiliki nilai tambah, dan bermanfaat bagi orang lain. (Beruntunglah teman-teman yg telah bermanfaat hidupnya bagi keluarga, tetangga, karyawan dan masyarakat sekitarnyadengan memilih menjadi pebisnis (TDA). Semoga Allah meninggikanderajad Anda ).
Bagaimana meneropong keadaan yang pasang surut dalam berbisnis? Menurut Aa, hal itu sudah sangat biasa. "Buat saya hal itu bukanlahhal penting, karena yang dicari bukan hanya sekedar uang, yang dicariadalah nilai-nilai kemuliaan. Karena yang dicari adalah kemulyaan makadalam berbisnis kita harus mampu menghindarkan diri mempertaruhkankejujuran hanya karena untuk uang, mempertaruhkan ingkar janji hanyauntuk uang.
Mempertaruhkan segalanya hanya karena uang. "Uang tidakada harganya. Yang berharga itu adalah dengan bisnis kemuliaan kitasemakin bertambah. Percayalah, jika uang menjadi tujuan, sementarahati tidak dapat dikendalikan, maka uang akan berfungsi seperti airlaut, semakin anda meminumnya semakin anda haus karenanya," ujarnya.
Ketika saya menatap mata Aa yang penuh semangat menceritakan artikemulyaan dalam berbisnis ini, dan arti bisnis bagi kemulyaan hidup,mata saya meleleh. Saya terpukau. Hati saya tergores. Saya, terus terang, termasuk manusia yang gampang silau dengan gemerlapnya dunia.
Saat menulis posting ini, saya teringat lagu Tombo Ati, gubahan SunanKalijogo : "..wong kang sholeh kumpulono..". Saya teringat pada orang-orang yang telah menancapkan keyakinan pada saya, memberi peluang, membantu sepenuh hati, dan mengajari saya untuk mencapai kemulyaan hidup. Saya tak akan menyebutkan nama mereka, agar menjadi amal jariah yang tak terputus.
Isdiyanto
'ditampilkan atas izin penulis'

No comments: