Thursday, March 12, 2009

awal sebuah bisnis ( 2 )

"salamualaikum" suara dari ujung telepon
"wa'alaikum salam", jawabku, "siapa ni?"

"ahmad, taqabballahuminna wamingkum bang"

"taqabbal yaa karim...my fren, lebaran dah kemana aja?'

"belum kemana-mana, masih ngiterin tetangga dekat, ente ndiri gimana, dah ke bang Tono belum?"tanyanya....


bang tono, sebuah nama yang tidak bisa kami lupakan, dari dia lah kami bisa memahami bagaimana menjadi seorang manusia dewasa, senior kami saat sekolah dulu. dengan sabar beliau menjadi tutor bagi adik-adik kelasnya di rohis.

ah banyak sekali kenangan manis saat sekolah dulu, inginnya diri ini mengulang masa yang sudah lewat.


"hei, kok bengong, dah ke sono belum? kalau belum kita barengan mau?" ajak ahmad mantap.

"boleh dech, kapan?"

"besok jam sembilan, ane ke rumah ente"

"oke deh,.... oh iyya gmn tuh, usulan ente untuk kita buat bisnis?"

"sekalian aja besok kita omongin, tapi bagusnya kita jangan cuma berdua, nambah satu lagi deh biar ganjil, bukannya Allah suka yang ganjil?"

"ane setuju, cuma siapa ya orang ketiganya?"

" hmmm....gmn kalau si uwi, khan bidang kerjanya sama ama ente, itung-itung nambah personil di bidang yang mau kita garap"

"boleh juga, ntar ente ya yang hubungi dia..."

'sip, kalau gitu kita ajak dia juga ya ke bang tono, abis itu kita rapat di wartelku yang di lenteng"

"bungkus"


wartel ahmad yang di lenteng, ya itu wartel dia yang ke sembilan, alhamdulillah bisnis wartel ahmad bulan-bulan ini sedang maju pesat, selain dia buka wartel tapi juga menjual peralatan wartelnya dengan harga di bawah pasar. ini seperti ceritanya american gangster, yang menjual heroin kelas satu dengan harga di bawah heorin kelas tiga / ini cuma contoh bisnis lho, bukan ngajarin jualan heroin :) .
boleh di bilang ahmad adalah pendobrak bagi mahalnya perangkat wartel, bisnis yang luar biasa, ceritanya begini....

pada satu kesempatan dia searching di internet peralatan wartel, karena saat itu dia mencoba banting stir dari jualan lele ke bisnis wartel, tanpa sengaja dia terhubung dengan salah satu nomor yang terdapat di salah satu website, saat konfirmasi harga, ahmad kaget kenapa harga yang dia dapatkan di poskota sekitar 18 juta, sedangkan harga disini cuma 6 juta untuk empat KBU.

wah peluang besar ni....tanpa ba bi bu dia langsung menuju ke surabaya, pabrik peralatan wartel tersebut untuk memastikan segala sesuatunya. setelah mempelajari dengan seksama, ahmad langsung mendobrak pasar, dia buka iklan di koran poskota, yang memang merupakan koran murahan tapi daripadanya berputar uang milyaran.

dengan membandrol harga 11 jutaan lengkap empat KBU, seketika itu kesibukannya meledak, tidak kurang 5 pelanggan masuk setiap minggunya. hingga dia harus menggandakan pegawai hingga lima kali lipat. boleh di bilang inilah momentum bisnisnya, lantas dia bergerak cepat memaksimalkan potensi dikala sebuah bisnis sedang menanjak keatas.

karena pada hakekatnya setiap bisnis itu ada masanya, ada masa naik, masa puncak dan masa jenuh atau turun. dan saat itu bisnis wartel sedang manis-manisnya. ahmad menjadi salah seorang yang memetik buah dari kebijakan telkom dalam memudahkan izin wartel.

maka itu alangkah sedihnya bagi seorang yang hanya berjiwa follower, berbisnis hanya karena ikut-ikutan, alih-alih dia mengambil start di puncak peak bisnis, namun dia terjerembab, karena saat dia memulai bisnis, pasar sudah jenuh!.

*******

tanjung barat, dari pasar minggu ke arah depok, sebelum lenteng agung,

Siang itu panasnya amat terik, membuat malas setiap orang untuk keluar rumah, pohon-pohon yang baru di tanam serasa malas meneduhi orang yang berada di bawahnya untuk menunggu bus.

diujung stasiun tanjung barat ada sebuah pemberhentian bus, 'waru' begitu orang menamakan 'halte' tersebut. wartel ahmad berada tepat di depan gang waru tersebut,

setelah memarkirkan motor, kami langsung masuk ke dalam wartel yang ber-KBU empat tersebut, wartel yang disewa empat juta lima ratus setahun ini terdiri tiga ruangan, ruangan depan digunakan sebagai 'wartel' untuk orang nelpon, ruangan di sebelahnya dijadikan sebagai tempat service peralatan wartel. hal ini nampak dari berjejernya perangkat wartel di meja yang dijadikan tempat menyolder. di ujung ruangan sebelum kamar mandi ada kamar yang di gunakan ahmad berkantor.

mengenai angka empat juta lima ratus ini ada cerita tersendiri, ahmad memberi tips, untuk keamanan bisnis kita kedepannya, musti di buat perjanjian dengan pemilik tempat, hal ini agar si pemilik tempat tidak menaikkan seenaknya di tengah bisnis kita yang sedang berkembang. jadi, dia memberi kepastian kepada pak haji yang punya tempat, bahwa tiap tahunnya dia akan menaikkan kontrakan sebesar 500ribu, ditahun pertama dia sewa 4 juta, tahun ini 4.5 juta tahun besok 5 juta dan seterusnya. dengan begitu dia bisa menganggarkan biaya tempat tanpa was-was kontrakan naik dengan harga yang tidak wajar.

karena sempitnya ruangan tersebut, kami memutuskan untuk rapat di ruang tengah, duduk di kursi tua yang sobek disana-sini, gak papa yang penting rapatnya, bukan tempatnya.

"gio, tolong beliin 3 teh botol, yang dingin ya...sekalian beli gorengan, uangnya pake aja yang laci" pinta ahmad pada pegawainya.

'oke bos..." bagio langsung ngeloyor keluar.

"mad, ente tiap hari ngantor disini" uwi membuka diskusi

"begitulah kira-kira, harap maklum dech, gak seperti di kantor ente berdua, ber-ac, bersih, nyaman dan harum ya..." ahmad merendah

"tapi khan ente enak mad, ngantor gak ada yang ngatur, masuk terserah kita, beda sama kita yang masuk harus teng jam 8, pulang gak boleh kurang jam lima sore, ya gak wi?" kataku lempar ke uwi

"tul bang, pepatah bilang, lebih enak jadi kepala cicek daripada jadi buntut buaya, walaupun kecil bisnisnya tapi khan ahmad jadi big bosnya, gak seperti kita yang cuma jadi pegawai, kalau dibilang buntut, kita adanya di ujung buntut, he he he..." sahut uwi

" udah deh kelamaan, kita mulai rapatnya"ahmad mencoba mengalihkan pembicaraan.

"lanjut..." uwi dan bambang kompak.


kipas angin yang dipasang dilangit-langit siang itu menjadi saksi dari sebuah kesepakatan bisnis mereka bertiga, ya awal sebuah bisnis sedang di kumandangkan. lihatlah dunia, lihatlah niat baik sedang di perbuat.


to be continued

No comments: