Friday, March 13, 2009

awal sebuah bisnis ( 3 )

walaupun pembicaraan kami terganggu dengan lalu lalang orang yang mau menelepon, tapi kami mencoba untuk fokus pada rapat.
"mad, menurut ente, apa yang bisa kita jual dari kita bertiga ini?" uwi melempar tema.

"ane punya pengalaman bisnis, ente berdua kan punya keahlian pasang-pasang antena, dari situ aja kita mulai" papar ahmad

"bener wi, kita jual aja kemampuan kita, memang sih bisnis seperti ini belum umum. namun kedepannya ane yakin perusahaan-perusahaan besar akan butuh rekanan. lihat coba sepatu merk nike atau adidas, emang dia punya pabrik sendiri? gak, mereka me - vendorkan semua produksi, si anas temenku itu kerja di nikomas serang, pabriknya memproduksi sepatu merek-merek terkenal seperti yang tadi ane bilang, so lanjut aja rencana kita, Allah bersama kita....", aku menyahut, memberi semangat.

"mantap!, itu baru bambang, yang penting dalam bisnis itu semangat dulu, dengan kita bersama-sama, kita bisa saling menyemangati, saling mengisi, saling menginspirasi. tul gak wi" ahmad menengok ke uwi.

"setuju!" uwi semangat "okeh. kita sepakat jalanin bisnis ini, sekarang kita musti sepakati beberapa hal, pertama bendera apa yang mau kita pakai, modalnya, kantornya dimana dan banyak lagi"

"mad, kalau wartel ini sementara buat basecamp kita bisa?" tanyaku pada ahmad

"oh bisa, bisa banget, dengan senang hati tentunya, ane jadi merasa impas kalau gitu, karena keahlian yang ente berdua punya khan imbang, kalau ane nyumbang keahlian bisnis plus tempat, oh ya kalau perlu pake bendera ane aja dulu, gimana ?" ahmad menawarkan dengan penuh semangat.

"wah jadi klop nih...., tinggal sekarang yang perlu kita sepakati adalah modal awal" uwi kembali melempar tema.

"ane usul, sebagai langkah awal kita patungan, coba deh di itung untuk menset up kita butuh berapa mad? tanyaku kembali pada ahmad, karena memang dia yang ahli kalau masalah hitung-hitungan.

"sebentar ane ambil kertas dulu...."ahmad beranjak ke kamarnya.

ya, diantara kami bertiga memang ahmad yang baru bisa berhitung bisnis, karena secara intuisi bisnis dia lebih paham dibanding kita berdua, sejak lulus sekolah dia menancapkan niat tidak akan bekerja, lebih baik berbisnis. Padahal secara prestasi, saat lulus-lulusan dulu, dia berdiri di panggung , di lehernya menggantung sebuah prestasi sebagai juara umum diantara 600 orang yang saat itu merayakan kegembiraan bebas dari rutinitas belajar dan praktek.

dengan pengalaman berbisnis di berbagai bidang membuat intuisi bisnisnya makin tajam. ditambah lagi dengan sikap kerja keras dan tanggung jawab menjaga nama baik. ini di buktikan ketika dia bangkrut dalam bisnis komputernya, dia datangi satu persatu para investor. dia minta ma'af menjelaskan kondisi bisnis yang jatuh, dan ini yang penting, dia berkomitmen untuk mengganti semua dana yang di berikan.

kebanyakan para pebisnis yang gagal adalah ketika di rundung malang, malah menghilang, hp nya mati atau ganti nomor. justru sikap seperti ini secara jangka panjang tidak lah bagus, karena bisnis adalah kita bicara jangka panjang, bicara brand image. bagaimana kita bisa menjaga nama baik kita, maka sebanyak itu pula peluang-peluang baru bisnis akan menghampiri kita.


" okeh kita lanjut" kata ahmad setelah mendapatkan kertas dan pulpen " sebagai awal, kita perlu kop surat, kartu nama, amplop dan lain-lain, plus atk. kita anggarkan sekitar satu juta ya, nanti ane yang atur sama langganan cetakan"

"ntar kalau perlu buat website ane hubungi si romi ya, sapa tahu dia mau bantu kita, dia jagonya tuh buat seperti itu" sahut uwi.

"kalau gitu ntar aku siapin kata-katanya dech, kayaknya kalau masalah tulis menulis ane dech yang paling jago....he he he" kataku tambah semangat.

"sip dech, kalau gitu gimana kalau kita patungan masing2 satu juta, dua jutanya ntar buat pegangan, kalau ada apa-apa" usul ahmad.

"boleh dech, hmmm tapi gimana kalau untuk jaga2 kita alokasikan 500 ribu dulu, soalnya lagi cekakk ni, ntar kalau butuh baru kita urunan lagi, gimana mad, wi?" aku memberi usul.

"iya mad, ane setuju, lagian khan tanggal-tanggal segini buat kita yang kerja lagi seret heheheh, kayak ente gak tahu ajah..." uwi mendukungku.

"boleh dech kalau gitu, toh dengan uang satu setengah juta kita sudah bisa jalan" ahmad setuju.

petualangan baru segera di mulai, sejak saat itu aku berbagi waktu antara pekerjaan dan usaha yang sedang ku rintis. kebetulan aku bekerja shift, sehingga terkadang aku tiga hari tidak pulang, ini membuat istriku complain keras. apabila aku shift malam maka paginya aku langsung ke 'kantor", malamnya lanjut shift lagi. begitu seterusnya. Namun karena ini demi mereka semua aku coba bertahan!, kalau kata simbok, "urip sing prihatin le...", maksudnya hiduplah yang prihatin nak...

bicara prihatin aku jadi teringat masa lalu, ketika kami sekeluarga masih di klaten, saat itu aku berumur empat tahun. samar-samar masih ku ingat bagaimana kerja keras kedua orang tuaku. bapak yang seorang petani membuat kita harus hidup prihatin, hasil panen setiap enam bulan sekali di gunakan untuk bayar hutang saat membangun rumah dulu.

praktis untuk makan sehari-hari bapak merelakan tubuhnya menjadi buruh pacul, dan simbok bersama ibu-ibu yang lain menjadi kuli patun (membersihkan rumput liar di sekitar padi) atau menjadi kuli panen (memetikan padi untuk tengkulak).

setiap pagi hari terkadang aku ikut simbok ke sawah mencari tanaman entah apa namanya aku lupa, untuk di sayur, dan sore harinya aku dan adikku yang masih dua tahun akan sangat gembira ketika bapak pulang dari sawah membawa belut. terbayang besok pagi kita akan sarapan belut goreng, yang saat itu menjadi makanan protein andalan kami.

teringat pula jika ketika sore tiba bada ashar, aku dan adikku tak sabar menunggu untuk kemudian menyusul ke sawah, terkadang aku duduk menunggu di galengan, terkadang pula aku diajak berburu belut, luar biasa sebuah kenangan yang indah. saking terkesannya sehingga hal-hal seperti itu masih kuat terpatri dalam memori otakku.

Kembali ke bisnis....., rupanya Allah memang sudah mengatur semuanya, sebelum bendera bisnis ku kerek bersama kedua rekanku. posisi pekerjaan yang tadinya di lapangan, aku di pindahkan ke bagian yang membuat aku bekerja shift. Dan pekerjaannya pun tidak berat, kita hanya menunggu telepon dari pelanggan untuk memberi solusi bagi problem yang ada, atau melayani para teknisi yang sedang di pelanggan, seperti pekerjaanku sebelumnya. Alhamdulillah ala kulli hal.....


tahun itu menjadi tahun tersibuk dan terkumel, karena semua serba instan. dikarenakan waktu yang tidak sama, maka rapat-rapat kita adakan di mana saja, kadang wartel , di warkop, di rumah atau di kantin kantorku atau kantin kantor uwi.
semua serba mangalah, mana yang tidak bisa di tinggal maka yang lain merelakan ongkos dan tenaga.

seminggu setelah rapat pertama, ahmad sudah membawa semua yang kita butuhkan, aku tertawa sendiri ketika melihat kartu nama ada jabatan direktur di bawah namaku. begitu juga uwi.

"eh kok pada mesem-mesem gitu, kenape wi?" ahmad heran.
"ente gimana seh, kita khan jadi gak enak ati, masak kita yang jadi jongos di perusahaan, disini jadi direktur, ya gak wi?" ku jawab keheranan ahmad.

"yup, lucu aja seperti bumi dan langit... semoga aja kedepannya kita bisa jadi direktur beneran..." uwi mengharap

"amiiiin...." jawabku keras.

" nah ini ni, penyakit para pegawai, gak percaya diri. kalau kita mendeklare sebagai pengusaha, kita harus yakin dengan diri kita, hormatilah diri kita. karena Allah menciptakan kita dengan modal yang sama, jadi gak ada alasan kita untuk minder dengan masa depan kita. memangnya siapa coba yang nyangka kalau seorang thomas alfa edison yang awalnya sebagai anak bodoh, namun diakhir hidupnya hingga hari ini kita mengenalnya sebagai seorang yang berjasa bagi umat manusia, dengan lampu bohlam yang diciptakannya. jadi ente jangan mesem-mesem gitu lagi, sekarang ente sudah menjadi kepala cicek sekaligus buntut buaya....., ha ha ha ha ha " ahmad tertawa lepas.


aku dan uwi, terheran dan " ha ha ha ha ha" kita tertawa bersama......


*** besok lagi, dah isya******





No comments: