Tuesday, March 10, 2009

awal sebuah bisnis

sampai dikantor hari ini aku lebih awal, di laptop yang sudah kubuka ada sebuah email dari teman kecilku, mas bambang, yang dulu pernah kuceritakan...
'fren, ini aku punya catatan kecil, ente share ya di blog ente...' begitu pesannya...

setelah kubaca dua kali, sayang kalau tidak upload ke teman-teman lain, semoga bermanfaat...

*******

rasa kantuk karena semalaman qiyamul lail sudah terlewatkan, matahari sudah agak tinggi, jam sembilan rupanya...., kulihat kawanku sudah lebih dulu bangun dan mengambil tempat di pojok masjid untuk tilawah, kali ini aku kalah.....

masih hangat di kepala ini bagaimana kesan yang mendalam terhadap teman sekelas yang sudah melesat menjauhi kami, dikala kami masih berkutat dengan gaji yang cuma satu setengah juta, dia sudah berbicara mengenai kontrak kerjanya yang menembus dua milyar. dikala kami masih harus berbagi tempat tidur dengan anak-anak, dia sudah memberi kamar tersendiri untuk pembantunya.

secara manusiawi aku dan mungkin semua teman-teman yang kemarin ikut buka buka puasa dirumahnya punya perasaan yang sama, iri. ya betul sebuah perasaan iri, toh hal itu untuk sebuah kebaikan tidak salah ya.

semoga semangat iri itu bisa mengejawantah menjadi sebuah percepatanku dalam sebuah semangat menempa diri lebih keras agar potensi diri yang sudah dianugrahkan dapat berbuah kebaikan.

sedih hati ini ketika ingat, rona wajah istriku yang harus kembali meminjam uang kepada temannya, hanya untuk membeli sayur. masalahnya aku belum bisa pinjam ke temanku karena hutang sebelumnya belum ku bayar.

'mas gak enak ni, masak kita ngutang lagi sama mas nono, kan sayur yang kemarin belum di bayar?' katanya sedih

'kalau gitu kamu pinjam sama mbak izah aja, sepertinya dia baik orangnya, lagian ku lihat mas anto sepertinya dapat rezeki tu semalam' suruhku memelas.

malam itu kami akhiri dengan hati yang malu... malu kenapa sampai harus berhutang, karena tidak mungkin aku menyetop jatah orang tua ku yang memang aku sudah komitmen saat sepekan sebelum menikah dulu, bahwa aku akan tetap mensubsidi walaupun sudah berkeluarga.


'mas sudah ni, silahkan gantian' seru seorang teman yang sudah selesai mandi

' oh ya, terima kasih' kataku kaget, sambil langsung melangkahkan kaki ke kamar mandi.

*****

Sadaqallahul adzim....

alhamdulillah, sudah setengah juz....sesuai target.

'bagaimana bang, dah khatam' basa basi ahmad, teman itikahku.

'ah ente, bisa aja, masih kurang 3 juz lagi, ente gmn?

'alhamdulillah , doain ya biar ntar sore aku bisa khataman lagi...' katanya merendah

luar bisa ini temanku, sudah hampir dua kali khatam pada ramadhan lagi, padalah puasa masih lima hari lagi.


'mad, aku mau ngomong ni, agak serius..' ujarku mengalihkan pembicaraan

'emang selama ini kita ngomong gak pernah serius...?' candanya

'begini, aku mau curhat sama ente ..., mau khan dengerin curhatanku?' pintaku

'dengan senang hati' katanya sumringah

'sudah beberapa bulan ini sejak anak keduaku lahir, keuangan di rumah rada sulit, ada saran' aku memulai.

'oooo, kalau itu sih aku dah lama, cuma khan karena aku gak kerja kayak ente rejekiku gak bisa di tebak, kadang bulan ini minus 3 kadang besok surplus 10...he he he...' jelasnya

'iya ya, sekarang aku gak ada pemasukan selain yang gajiku yang tiap tanggal 1 selalu nongol di rekening secara statis, maksudnye gak ada fluktuatifnya seperti ente..., ini jadi pemikiranku setiap malam, bagaimana aku bisa keluar dari lingkaran ini, lingkaran yang banyak hutangnya', desahku.


'bukannya dulu dah aku kasih tahu supaya ente mulai cari tambahan bang?' tembaknya

'betul, aku sudah kok mulai coba jualan di kantor, dari jualan baju muslim, madu, sampai mainan anak-anak, tapi ya itu, hasilnya belum nonjok' selorohku.

'gak papa, ente istiqomah aja jalanin itu, dalam bisnis itu yang penting adalah mentalnya, mental untuk jualan, mental untuk ngerasain untung, rugi dan mental merasakan petualangan sebuah bisnis, karena seorang yang sudah sekolah bisnis bahkan sampai ke amerika pun, tapi belum pernah jualan, maka belum bisa dikatakan dia seorang pebisnis, bisnis itu harus di rasakan, seperti kita bisa menjelaskan rasanya madu, apabila memang sudah pernah meminum madu' panjang lebar ahmad menjelaskan.

aku hanya terdiam seperti seorang anak yang sedang asyik mendengarkan seorang ustadz mendongeng kehebatan para sahabat di perang badar.


'okeh deh, aku jadi semangat lagi ni....' ujarku semangat.

'cuma gini bang, dari pengalaman ane, sepertinya kalau cuma jualan yang ecek-ecek gitu kapan kaya-nya, sepertinya kita musti berkolaborasi deh...'ajak ahmad.

'maksud ente' kejarku

'begini, inget khan teman kita semalam yang sudah bermomset milyaran?, gimna kalau kita mencoba peruntungan yang sama, ane punya pengalaman bisnis, mungkin bisa di kawinkan dengan keahlian ente di bidang satelit' ajaknya.

'wah boleh juga tuh, tapi khan aku cuma teknisi biasa, mau main seperti apa?, modalnya?, kantornya? sepertinya masih jauh dech ' kataku lirih.

'ente gimana sih, baru gitu aja sudah lemes, dulu bill gates awalnya juga coba-coba, tapi lihat sekarang siapa orang paling kaya sejagat saat ini?

'iyya ya...'

'dah gak usah banyak mikir kita langsung sepakatin aja...setuju?'

'oke dech gak ada salahnya juga khan kalau dicoba, iseng-iseng berhadiah, semoga tahun 2001 ini bisa menjadi awal bisnis ku kelak' kataku.


Allahuakbar-allahuakbar....

'dah adzan tuh, siap-siap yuk' ahmad menggandeng tanganku, berwudhu.


bersambung







No comments: