Pagi ini saya mau cerita tentang bakso..., dari awal merantau ke jakarta bapak saya jualan bakso, ketika saya dan adik di boyong ke jakarta beliau tetap jualan bakso.
Dari kelas 3 sd jadinya setiap hari saya gratis makan bakso.
Menginjak smp, sepulang sekolah saya jagain bakso bapak ketika beliau istirahat siang. Otomatis saya jadi makin leluasa makan bakso.
Bada ashar setelah bantu simbok berbenah dagang bubur sumsumnya, baru saya bisa main bola di lapangan dekat kuburan.
Bada ashar setelah bantu simbok berbenah dagang bubur sumsumnya, baru saya bisa main bola di lapangan dekat kuburan.
Malamnya ketika bapak pulang saya boleh makan bakso lagi. Tiada hari tanpa bakso...
Begitu seterusnya sampai ketika saya sudah mapan bekerja, beliau pensiun.
Begitu seterusnya sampai ketika saya sudah mapan bekerja, beliau pensiun.
Ketika bekerja dan berkeluarga, istri dan anak-anak tahu kalau kesukaan saya itu bakso.
Kok ya ndak bosan-bosan ya...saya sama bakso.
Ya itulah makanan rakyat yang membuat banyak pedagang bakso kita kaya raya.
Kok ya ndak bosan-bosan ya...saya sama bakso.
Ya itulah makanan rakyat yang membuat banyak pedagang bakso kita kaya raya.
Pagi ini saya membuat bakso sendiri, menggiling 1.5 kilo di pasar kelapa dua. Karena membuat sendiri tentu dengan komposisi enak.
Setelah selesai terkumpulah puluhan bakso telor yang besar seukuran bola tenis dan bakso biasa. langsung saya ambil 4 bakso telur dan 9 bakso biasa.
MasyaAllah endah banget makan bakso spesial buatan sendiri. Tetapi ketika bakso di mangkok tersisa 2 bakso telur dan 2 bakso biasa. Perut saya sudah ndak mau di isi lagi, 'kenyang beud' kalau kata anak saya.
Saya jadi berpikir sebanyak apa kita punya makanan, perut kita hanya mampu menampung sepiring saja. Lebih baik apa yang kita miliki di bagi kepada orang lain yang juga membutuhkan.
Apa gunanya kita mengumpulkan harta kalau nanti tidak kita bawa mati.
Mengapakah kita gila dunia jika itu tiada berguna di saat sendiri.
Mengapakah kita gila dunia jika itu tiada berguna di saat sendiri.
Kalau harta atau kekayaan itu ingin selalu menjadi milik kita maka simpanlah di bank akherat. Di mana itu ?.
Di sini nih.....
Di sini nih.....
"The example of those who spend their wealth in the way of Allah is like a seed [of grain] which grows seven spikes; in each spike is a hundred grains. And Allah multiplies [His reward] for whom He wills. And Allah is all-Encompassing and Knowing" (al baqarah : 261)
Semoga Allah izinkan kita menjadi hamba yang selalu bersyukur, atas semua yang sudah Allah anugerahkan kepada kita. Amin....
#ditulis23agustus2016
No comments:
Post a Comment