Bada subuh aku bergegas menyelesaikan hak anak. Setelahnya segera aku memacu mobil menuju bandara. Mengejar pesawat pagi. Waktu masih menunjukan 05.40.
Masuk tol janger lancar jaya. Sesampainya sekitar alam sutra. Kaki kanan lebih sering menginjak rem. Macet sudah dimulai disini.
Lihat di googlemaps memang kondisi merah hingga di pintu tol karang tengah. Luar biasa.
Sepanjang macet. berkelibatan ingatan masa lalu.
Sepanjang macet. berkelibatan ingatan masa lalu.
16 tahun lalu jalur ini adalah jalur wajib pulang pergi. Kita harus berangkat sepagi mungkin jika tidak ingin antri di tol. Atau jika pulang ontime, aku harus menyiasati naik ojek hingga ke slipi atau tomang agar bisa magriban di rumah.
Ada momentum yang sangat saya ingat. Yaitu ketika kita berebutan naik mobil tebengan. Karena tidak ingin berdesakan dengan ibu2 aku jadi sering ngalah.
Akhirnya dapat juga tebengan di belakang mobil kijang. Duduk di baris belakang yang langsung bisa melihat aspal dibelakang mobil.
Wuih...akhirnya dapat juga. Walau harus rela bermacet ria karena terlalu siang. Dalam kesendirian di antara penumpang lain, sebelum tertidur ada keluhan yang sampai sekarang momen itu ku ingat.
Sampai kapan ya aku seperti ini?, berangkat di kejar-kejar waktu. Pulang sulit sholat magrib di masjid. Keluhan itu begitu emosional hingga terpatri hingga saat ini.
Kegelisahan hati terus menggelayuti dalam keseharian bekerja. Sampai pada suatu ketika selesai pengajian di kantor, beberapa pengurus ngeriung bersama ustadnya. Yang saat itu ustadz anis mata.
Dalam obrolan singkat itu ada nasehat yang menjadikan takdir begitu indah di nikmati.
Beliau menasehati bahwa jika ingin hidup lebih sejahtera tidak bisa selamanya menjadi pekerja. Kita harus berbisnis. Deg. Berbisnis. Rasanya kosa kata itu begitu menggoda.
Setahu aku berbisnis itu seperti orang tuaku yang dagang bakso atau pecel. Sehingga waktu stm dulu profesi impian ku adalah menjadi pekerja pabrik. Karena aku lihat tetangga sebelah bekerja di pabrik pakai baju yang rapi dan bagus.
Sejak nasehat itu aku mencoba membaca banyak hal tentang bisnis. Ikut banyak seminar mengenai bisnis.
Sejak itu pula aku mulai dagang dikantor. Dari madu badui, baju kerja, mukena hingga semua hal yang bisa di jual aku ambil.
Di rumah aku buka toko obat, toko listrik dan terakhir buka toko perabotan. Saat momentum acara aku ambil bagian untuk jualan somay dan semacamnya.
Pada akhirnya aku bertemu sahabat sekolah yang mengajak berbisnis dengan benar. Dan terjadilah anugerah terindah tersebut hingga saat ini. Semoga Allah kekalkan ukhuwah ini hingga ke jannah-Nya. Amin.
Buat temen-temen yang masih ragu untuk mengambil opsi berbisnis. Semoga cerita diatas bisa memotivasi.
Teruntuk anda yang masih ada di dua kaki. Saya sarankan jika dari berbisnis sudah mencakupi gaji anda. Lebih baik ambil langkah berani. Resign.
Teruntuk rekan-rekan yang sudah memiliki karir yang bagus dan masih ragu berbisnis lebih baik tatap masa depan dengan menjaga profesionalitas dikarir anda.
Baik itu saja pagi ini... semoga bermanfaat dan menginspirasi. Sudah ada panggilan boarding. See u at the top.
di tulis 5 oktober 2016
No comments:
Post a Comment